Wilayah Pasirian terletak di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Pasirian memiliki luas wilayah 183,91 Km2, untuk perbatasan bagian utara dibatasi wilayah Candipuro, bagian timur dibatasi wilayah Tempeh, bagian selatan dibatasi Samudra Hindia, dan sebelah barat dibatasi wilayah Candipuro. Kecamatan Pasirian terdiri dari 11 Desa : Desa Gondoruso, Desa Kalibendo, Desa Bades, Desa Bagu, Desa Selok Awar-Awar, Desa Condro, Desa Pasirian, Desa Madurejo, Desa Sememu, Desa Nguter, dan Desa Selokanyar.Â
Pada masa penjajah Belanda wilayah Pasirian merupakan wilayah penting, ini dapat dilihat dari beberapa infrastruktur yang berupa kereta api. Pasirian pada tahun 1896-1988, kereta api mempunyai peran penting untuk mempercepat pengakutan barang mulai dari hasil perkebunan, pertanian dan alat transportasi bagi masyarakat. Dampak dari perkembangan alat transportasi, jasa pengiriman barang mulai ada di wilayah Pasirian yang dibentuk oleh pemerintah Belanda. Jasa pengiriman barang yang dibuat oleh Belanda pada tanggal 26 agustus 1749, pendirinya adalah Gubernur Jenderal G.W Baron Imhoff, ini merupakan kantor pos pertama yang terletak di Batavia. Pada tahun  1875 bernama Posten Telegrafdienst, tahun 1877  Union Postale Universelle, tahun 1945 Hari Bakti POSTEL, tahun 1965 PN Pos dan Giro, 1978 Perusahaan Umum Pos dan Giro, 1995 PT Pos Indonesia (Persero). Pasirian merupakan wilayah afdeeling Lumajang atau setingkat Kabupaten. Jasa pengiriman barang sudah ada di wilayah Pasirian yang berada di lokasi sekitar stasiun kereta api. Pada tahun 1930 pemerintahan Belanda mendokumentasikan foto Hulppost- en telegraafkantooor te Pasirian yang dipublikasikan oleh Universitas Leiden.
Pada masa pendudukan Jepang memiliki tujuan utama adalah menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian Indonesia dalam rangka upaya perang Jepang dan rencana-rencananya bagi dominasi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan TenggaraÂ
( Ricklefs, 2008: 424). Wilayah Pasirian pada masa pendudukan Jepang banyak membangun pertahanan militer untuk persiapan perang dunia ke 2, apabila mendapatkan serangan dari pihak sekutu Australia melalui pantai selatan. Untuk Union Postale Universelle yang dari warisan Belanda tidak dipergunakan untuk kepentingan layanan publik namun berorientasi pada kepentingan militer Jepang. Melaksanakan skema propaganda ini Jepang memaksimalkan dengan menggunakan berbagai media surat kabar, pamflet, buku, poster, foto, siaran radio, pamaren, pidato, seni, pertunjukan tradisional. Propaganda Jepang merupakan hal penting untuk memobilisasi rakyat indonesia untuk bersama-sama melawan sekutu, sebagai bentuk melawan penjajahan. Dengan pergerakan Jepang Union Postale Universelle dapat dipakai untuk mengirimkan surat kabar Jawa Shinbukai (Perusahan Koran Jawa) Bulan Desember penerbitan surat kabar ke daerah-daerah sekitar distrik Malang (Kurosawa,1993), Lumajang merupakan wilayah di bawah naungan wilayah Malang yang disebut dengan Wedana (Gunchoo).
Kekalahan Jepang ditandai dengan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus tahun 1945. Kondisi ini melemahkan posisi Jepang di Indonesia dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Pada posisi ini dalam perkembangan jasa pengiriman barang oleh Jawatan PTT mengalami perubahan dengan adanya penerbitan perangko bergambar hewan banteng dengan latar belakang bendera merah putih yang berkibar dan bertuliskan tanggal 17 Agustus Tahun 1945 serta Republik Indonesia dengan nominal 20 Sen.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI