Mohon tunggu...
Faris Bisnis
Faris Bisnis Mohon Tunggu... CEO Farzana Group

Saya adalah seorang youtuber, content creator edukasi property dan educator bisnis UMKM.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Investigasi Kecelakaan: Mencari Akar Masalah, Bukan Kambing Hitam

8 Agustus 2025   13:53 Diperbarui: 8 Agustus 2025   13:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Investigasi Kecelakaan (Sumber: Freepik/Kredit Foto)

Kecelakaan, sekecil apa pun itu, selalu menyisakan dampak. Kadang berupa luka fisik, kadang trauma psikis, kadang pula kerugian materi yang tak sedikit. Tapi yang paling mengkhawatirkan adalah ketika kecelakaan dianggap sebagai "musibah biasa" dan tidak ditindaklanjuti dengan benar.

Padahal, dari setiap insiden, selalu ada pelajaran yang bisa ditarik. Asalkan kita mau melihat lebih dalam bukan sekadar menyalahkan siapa yang terlibat, tapi mencari apa yang salah dalam sistem.

Fokus pada Perbaikan, Bukan Menyudutkan

Sayangnya, istilah "investigasi" sering kali membuat orang langsung merasa terpojok. Seolah-olah akan ada yang dipersalahkan, dimarahi, atau bahkan dipecat. Padahal investigasi kecelakaan sejatinya adalah proses untuk mencari akar masalah, bukan kambing hitam.

Tujuan utamanya adalah mencegah agar kejadian serupa tidak terulang. Itu saja. Tidak lebih.

Apa Saja yang Dilihat Saat Investigasi?

Investigasi yang baik tidak hanya berhenti pada permukaan. Misalnya: kalau ada pekerja jatuh dari tangga, investigasi bukan berhenti di kesimpulan "karena korban ceroboh". Tapi ditelusuri lebih jauh seperti:

  • Apakah tangganya sesuai standar?
  • Apakah ada SOP penggunaan tangga?
  • Apakah pekerja sudah diberi pelatihan yang cukup?
  • Bagaimana kondisi pencahayaan di lokasi kejadian?

Hal-hal seperti itu yang sering kali luput jika kita terburu-buru mencari siapa yang bersalah.

Contoh Kasus yang Sering Terjadi

Di banyak tempat kerja, saya sering mendengar insiden seperti tangan terjepit mesin, terpeleset di lantai licin, atau korsleting listrik. Lucunya, dalam beberapa kasus, investigasi selesai hanya dalam dua kalimat: "Korban tidak hati-hati. Kasus ditutup."

Padahal, ketika dilihat lebih dalam, ada banyak faktor tersembunyi. Seperti tidak adanya pelatihan keselamatan kerja, alat pelindung diri yang tidak tersedia, atau manajemen yang abai terhadap peringatan sebelumnya.

Tantangan di Lapangan

Jujur saja, melakukan investigasi itu tidak selalu mulus. Kadang ada tekanan dari atasan untuk "selesai cepat", atau justru ada rasa tidak enak karena yang terlibat adalah rekan kerja sendiri. Belum lagi kalau data di lapangan tidak lengkap, misalnya CCTV tidak menyala, atau saksi tidak mau bicara.

Namun justru di situlah pentingnya integritas. Karena kalau kita tutup mata sekarang, bisa jadi kecelakaan berikutnya justru lebih parah. Dan saat itu terjadi, semua orang akan bertanya: "Kenapa dulu kita diam saja?"

Kapan Investigasi Harus Dilakukan?

Idealnya, investigasi dilakukan segera setelah kejadian, saat ingatan masih segar dan bukti belum hilang. Tim yang melakukan bisa berasal dari internal perusahaan (seperti bagian K3 atau HSE), atau pihak eksternal jika diperlukan.

Yang penting adalah prosesnya objektif, transparan, dan diarahkan pada pembelajaran, bukan pembuktian kesalahan pribadi.

Belajar dari yang Terjadi

Kita tidak bisa memutar ulang waktu untuk mencegah kecelakaan yang sudah terjadi. Tapi kita bisa memastikan bahwa kejadian itu tidak terulang. Dan itu hanya bisa dilakukan kalau kita benar-benar mau belajar dari insiden yang ada.

Investigasi adalah salah satu caranya. Bukan untuk mencari siapa yang salah, tapi apa yang bisa diperbaiki. Organisasi yang peduli terhadap peningkatan kapasitas tim di bidang investigasi kecelakaan dan manajemen risiko bisa menjadikan pelatihan teknis sebagai salah satu langkah preventif. Karena pada akhirnya, keselamatan adalah investasi jangka panjang yang tidak ternilai harganya. Beberapa referensi terkait hal ini dapat ditemukan di berbagai sumber, termasuk seperti Farzana Training yang seringkali menawarkan program serupa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun