Mahasiswa Kuliah kerja nyata ( KKN) UIN Walisongo Semarang ikut serta dalam prosesi pemakaman yang dilaksanakan Selasa, (02/08/2022) di dusun Digulan, Desa Pandean, Kec. Ngablak, Kab. Magelang.
Tradisi pemakaman yang ada di Dusun Digulan memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pemakaman-pemakaman pada umumnya.
Keunikan ini terlihat ketika ada salah satu warga yang meninggal dunia dan kami ikut serta dalam prosesi pemakaman ini, semua warga berbondong-bondong dalam melaksanakan tradisi pemakaman.
Adapun pembagian tugas antara kaum laki-laki dan perempuan, kaum perempuan memiliki tugas mencari bunga seperti kenanga, kantil, melati, mawar merah, mawar putih, melati gambir, dan sedap malam.
Uniknya warga mencari di pekarangan rumah-rumah warga dan menyusunnya untuk prosesi pemakaman.
Adapun tugas kaum laki-laki yaitu membuat keranda, uniknya warga membuat keranda menggunakan bahan dari bambu.
Setelah semuanya selesai warga memandikan dan mensholatkan jenazah seperti biasanya, saat proses membawa jenazah dari masjid ke pemakaman juga memiliki hal unik, pembawa keranda berlari dari masjid hingga ke pemakaman dan diiringi warga yang ikut ke makam.
Ketika sampai di makam, jenazah langsung di makamkan dan uniknya lagi penutup untuk liang lahat menggunakan bambu dari keranda tadi dan ditutup dengan tanah.
Saya sempat heran dengan pemakaman kali ini, saya mencoba menanyakan kepada salah satu warga sekitar mengenai pemakaman yang berlangsung unik dan pertama kali saya melihatnya
"Tradisi pemakaman menggunakan bambu ini sudah berlangsung dari dulu dan tidak tau kapan dimulainya, sempat pernah keranda diganti dengan bahan stenlis tapi warga tetap mempertahankan tradisi dari bambu. Dengan alasan hanya memanfaatkan banyaknya bambu yang ada di Dusun Digulan." ujar Pak Tato.