Mohon tunggu...
Farika Dewi
Farika Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - 21107030069

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga "Pikiran negatif tidak akan pernah memberimu kehidupan yang positif"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ponpes Waria : Tempat Nyaman untuk Menjalani Kehidupan

17 Februari 2022   11:12 Diperbarui: 17 Februari 2022   11:23 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta

Sabtu (20/3/2021), saya melakukan kunjungan yang diadakan oleh KOPRI PMII. Tempat tersebut bernama Pondok Pesantren Waria Al-Fatah yang terletak di Kota Gede, Yogyakarta. Jumlah santri waria yang berada di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah adalah 40 orang. Mungkin bagi orang lain jarang mengetahui dan tidak percaya dengan adanya Pondok Pesantren Waria.

Kita tahu bahwa pondok pesantren biasanya dikenal sebagai tempat untuk menimba ilmu agama. Namun, ternyata terdapat sebuah pondok pesantren yang berbeda dari biasanya yakni pondok pesantren khusus untuk menampung para waria, dimana seringkali dianggap sebagai kelompok minoritas yang mendapat pandangan negatif oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang tahu adanya pondok tersebut mungkin terdengar aneh, akan tetapi pondok pesantren waria ini terdengar unik dan menarik menurut saya.

Menuju tempat ini melewati lorong-lorong kecil diantara perumahan warga. Karena tempat ini terletak di tengah perkampungan, sehingga untuk sampai sana harus berjalan kaki. Saat sampai disana, kami disuguhkan berbagai ornament yang dipajang dan tentunya menjadi daya tarik tersendiri seperti adanya patung budha, kaligrafi, lukisan, dan foto-foto para waria. Kemudian, kami disambut hangat oleh teman-teman waria, serta mereka menyapa dengan senyum dan sapaan yang ceria.

Shinta Ratri adalah pemilik sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Waria Al-Fatah. Selain itu, Shinta Ratri juga dipercaya sebagai ketua IWAYO (Ikatan Waria Yogyakarta). Beliau memberikan kami kesempatan untuk berbincang-bincang dengan teman-teman waria. Menurutnya, tempat ini didirikan karena membutuhkan lingkungan tersendiri untuk melakukan ibadah dengan nyaman. Sehingga beliau memberikan ruang nyaman khusus untuk para waria yang hendak melakukan ibadah sesuai yang dikehendakinya. Karena sebelumnya, mereka merasakan tidak nyaman saat beribadah di lingkungan umum, dimana mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah lain terutama anak-anak entah itu di bully, ditolak, dijauhi, dicibir, dan sebagainya.

Adanya pondok pesantren ini menjadi ruang yang nyaman bagi teman-teman waria yang hendak melakukan ibadah dengan nyaman seperti mengaji, belajar tentang fiqih, belajar ilmu agama, dan mendengarkan pengajian. Tidak hanya itu, para teman-teman waria pun melakukan kegiatan bakti sosial, membuat kerajinan tangan, sekolah sore, dan berwirausaha. Selain itu, Pondok Pesantren Waria Al-Fatah pun memiliki kerja sama dengan LBH, untuk mengadvokasi teman-teman waria dalam pembuatan KTP (Kartu Tanda Penduduk).

img-20210320-wa0056-620dcd4f81e4150c3640c6f2.jpg
img-20210320-wa0056-620dcd4f81e4150c3640c6f2.jpg
Mengenal, berbincang-berbincang, dan bertukar pikiran dengan teman-teman waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah menjadikan saya lebih terbuka untuk melihat adanya keberagaman diantara kita.

“Kami waria adalah seseorang yang terlahir sebagai seorang laki-laki, tetapi jiwa dan intuisi kami adalah perempuan,” yang disampaikan oleh Ayu Kusuma. Beliau juga merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Waria Al-Fatah. Normalnya, mereka hanya mengenal laki-laki dan perempuan, sedangkan tidak keduanya. Teman-teman waria menganggap itu tidak normal.

Memang waria hadir sebagai sebuah bentuk kebergaman atau warna lain dalam kehidupan, yang selayaknya juga kita harus menghargai. Menjadi waria tidak disebaban oleh salah didikan ataupun salah pergaulan, kata ayu. Menjadi waria adalah tuntutan diri, dan ujung dari pergolakan jiwa perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki.      

Sempat termenung memunculkan sebuah pertanyaan, apakah menjadi waria itu sebuah takdir Tuhan atau memang sebenarnya pilihan manusianya sendiri? Memang, di dunia ini tidak ada manusaia yang bisa memilih ingin dilahirkan sebagai laki-laki ataupun perempuan atau sesorang yang memiliki jiwa perempuan dalam tubuh laki-laki dan sebaliknya. Memang itulah kehendak Tuhan.

Di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, terdapat seorang waria yang berpenampilan selayaknya wanita seperti bersolek, memiliki payudara, dan memiliki rambut panjang. Tidak hanya itu saja, ada pula seorang waria yang tetap berpenampilan layaknya laki-laki dengan mengenakan kemeja, bahkan ia juga menjadi ketua RT di lingkungannya. Ia biasa dipanggil Mas Marimas atau nama lainnya Mbak Andin. Bahkan, beberapa dari mereka pun sudah memiliki keluarga yang dapat menerima kehadiran mereka. Walaupun banyak sekali perbedaan pendapat yang terjadi diantara keluarga waria tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun