Mohon tunggu...
Farichal Muafy
Farichal Muafy Mohon Tunggu... Pengajar Filsafat Islam

Hobi membaca, tertarik pada kajian-kajian psikologi, sosiologi dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Islam & Logika Mistika Tan Malaka

25 Maret 2025   16:32 Diperbarui: 25 Maret 2025   16:32 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Islam & Logika Mistika Tan Malaka

ISLAM & LOGIKA MISTIKA TAN MALAKA

Tan Malaka dalam karyanya MADILOG mengemukakan bahwa Logika Mistika merupakan cara berpikir yang mengutamakan penjelasan mistis atas fenomena-fenomena yang terjadi (jauh dari menggunakan analisis rasional dan bukti empiris), yang pada akhirnya menghambat kemajuan bangsa Indonesia kala itu. Menurutnya, kepercayaan terhadap takhayul dan kekuatan gaib telah lama meresap kedalam budaya masyarakat Indonesia, sehingga hal itu seringkali menimbulkan sikap pasrah dalam mengatasi masalah. Menurut Tan Malaka, pola pikir seperti itu akan menghalangi tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan, serta menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat dibutuhkan. 

Namun demikian, ada beberapa kritikan terhadap pemikiran ini dari pihak-pihak yang menilai bahwa Tan Malaka telah melakukan simplifikasi berlebihan dengan menggeneralisasi seluruh masyarakat Indonesia sebagai orang-orang yang terbelakang karena terjebak dalam Logika Mistika, padahal faktanya tentu tidak demikian. Selain itu, dari perspektif agama, khususnya Islam, terdapat penolakan terhadap anggapan bahwa Logika Mistika sepenuhnya berasal dari ajaran agama. Para ulamak menekankan bahwa Islam justru mendorong penggunaan akal dan rasionalitas. Islam yang murni dari Nabi Muhammad (sebelum terkontaminasi klenik berkedok agama), menolak penjelasan mistis atas fenomena alam seperti gerhana, serta menolak ramalan para dukun dalam bentuk apa pun. 

Hal itu bisa dicek di banyak kitab-kitab Hadits. Contohnya Hadits riwayat Bukhori no.1044 yang artinya: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena kematian atau kehidupan seseorang. Kemudian Hadits tentang haramnya percaya kepada para peramal, berikut ini: Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia membenarkan ucapannya, maka berarti dia telah kufur kepada Al-Quran yang telah diturunkan kepada Muhammad." (HR. Ahmad). Pihak lain menyoroti konteks sejarah dan sosial, yang menyatakan bahwa pola pikir mistis tidak semata-mata merupakan kekurangan dalam penggunaan Logika, melainkan juga dipengaruhi oleh warisan kolonialisme dan sistem feodal yang rumit. Perkara ini kemudian menjadikan kepercayaan mistis sebagai salah satu aspek dari dinamika sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Penjajah telah meninggalkan dampak psikologis dan sosial yang mendalam, termasuk dalam cara masyarakat Indonesia memandang dunia. Sistem kolonial menekan pemikiran rasional, dan mendorong ketergantungan pada kepercayaan tradisional. Struktur sosial feodal yang hierarkis dan kaku dapat membatasi akses masyarakat terhadap pendidikan dan informasi, sehingga hal itu tentu saja memperkuat kepercayaan mistis. Sistem ini juga menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pemegang kekuasaan, yang terkadang memanfaatkan kepercayaan mistis untuk mempertahankan kekuasaanya. Dan yang tidak boleh dilupakan, kepercayaan mistis telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Logika mistika, di Indonesia sejak dulu kala telah digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena alam, (misal: gerhana matahari sebab dimakan makhluk betorokolo), juga digunakan dalam upaya mengatasi persoalan kehidupan, dan memperkuat ikatan sosial. Dengan demikian, kepercayaan mistis di Indonesia merupakan fenomena kompleks yang tidak dapat dipisahkan dari konteks sejarah dan sosialnya. Semua itu menjadikan mistisme sebagai salah satu aspek dari dinamika sosial dan budaya masyarakat Indonesia, bahkan jauh sebelum agama Islam datang. (*) 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun