Pada setiap bulan suro, di Desa Bareng diadakan arak-arakan jaranan, Reog, dan pagelaran wayang kulit. Acara tersebut dilaksanakan selepas bersih desa. Jaranan dan Reog dilaksanakan waktu siang hingga sore hari, dan pada malam hari adalah pagelaran wayang kulitnya. Dipercaya oleh warga Desa Bareng bahwa pelaksanaan acara tersebut dapat melindungi dan memberi kemakmuran Desa Bareng.Â
Diyakini pada masa lampau, para leluhur menyelenggarakan pagelaran wayang kulit karena agama Islam masuk melalui dakwah Sunan Kalijaga yang menggunakan budaya Jawa, yakni wayang kulit. Selain itu, pertunjukan Jaranan dan Reog diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang berjuang untuk kesejahteraan Desa Bareng, kata Ilham dalam wawancara singkat. Bahkan pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020, kami tidak berani mengadakan arak-arakan, dan ternyata malah terjadi paceklik serta banyak peristiwa kematian lainnya, sehingga akhirnya kami terpaksa menggelar Jaranan dan Reog keliling antar dusun dan pagelaran wayang kecil-kecilan. Setelah itu, alhamdulillah, korban jiwa dalam jumlah besar bisa dihindari, lanjut Ilham. Hingga saat ini, pertunjukan Jaranan, Reog, dan wayang kulit masih terus diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkah yang diterima oleh warga Desa Bareng.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI