Pendahuluan Dinamika kebijakan perdagangan global belakangan ini semakin sulit diprediksi. Salah satu faktor pemicunya adalah pendekatan proteksionis yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump selama masa jabatannya. Berdasarkan transkrip diskusi antara Maya Ward (Politico) dan Jeff Mason (Reuters), terlihat bahwa kebijakan perdagangan AS di bawah Trump sangat fluktuatif. Trump menerapkan kebijakan "tarif sebagai senjata", dengan kecenderungan mengubah arah kebijakan secara mendadak, tergantung pada masukan dari orang-orang terdekatnya. Kebijakan semacam ini menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar global.
Pertanyaannya, bagaimana Indonesia harus merespons ketidakpastian tersebut? Apakah cukup menjadi penonton dalam pusaran turbulensi ekonomi global, atau justru menjadikannya peluang strategis untuk memperkuat daya saing dan ketahanan ekonomi nasional?
Tulisan ini akan mengulas strategi jangka pendek dan jangka panjang yang dapat diambil Indonesia untuk merespons dinamika tersebut, sekaligus menjadikannya sebagai momentum untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah ekonomi global.
Memahami Sumber Ketidakpastian: Politik Dagang Trump yang Tak Terduga Kebijakan perdagangan Trump ditandai oleh:
Penerapan tarif secara tiba-tiba, termasuk perubahan kebijakan yang cepat seperti pengecualian sementara terhadap produk elektronik yang kemudian dibatalkan.
Ketergantungan terhadap saran dari lingkaran dalamnya, seperti Peter Navarro dan Wilbur Ross, yang sering kali memberikan pandangan berbeda.
Efek domino terhadap pasar global, termasuk volatilitas nilai tukar, penurunan harga saham, serta kehati-hatian investor.
Dampaknya terhadap Indonesia: