Mohon tunggu...
Farida Roudhotuljanah
Farida Roudhotuljanah Mohon Tunggu... Mahasiswa PGMI UIN SUKA

22104080086

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Agrolestari Mart, Inovasi Tukar Sampah Jadi Bahan Pangan

18 Juni 2025   12:23 Diperbarui: 18 Juni 2025   12:32 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Agrolestari Mart(Sumber: Dokumen Pribadi)

Ngaglik, Sleman -- Di tengah meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan dan isu ketahanan pangan, hadir inovasi sosial yang unik dari kawasan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Sebuah program bertajuk Agrolestari Mart menawarkan cara berbeda dalam mengelola sampah rumah tangga: menukarkannya dengan bahan makanan seperti telur, ayam, hingga sabun.

Program ini dikelola oleh Bumiku Lestari, sebuah inisiatif berbasis komunitas yang telah berjalan sejak tahun 2022. Kak Alif, selaku pengelola, menjelaskan bahwa Agrolestari Mart awalnya muncul sebagai bentuk kepedulian terhadap dua persoalan utama yang dihadapi masyarakat: pengelolaan sampah yang belum maksimal dan kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan secara rutin.

 "Kami ingin menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, di mana sampah tidak lagi menjadi beban, melainkan punya nilai tukar yang nyata bagi kebutuhan hidup," ujar Kak Alif dalam wawancara.

Dengan kosep menukar langsung sampah dengan bahan makanan, Agrolestari Mart menerapkan sistem poin. Setiap kali seseorang membawa sampah yang bisa didaur ulang, mereka akan mendapatkan poin sesuai berat dan jenis sampahnya. Poin-poin tersebut kemudian diakumulasikan hingga mencukupi nilai tukar terhadap bahan makanan atau kebutuhan harian yang tersedia di Agrolestari Mart.

 "Misalnya kalau bawa sampah plastik atau kardus, akan dihitung berapa kilogram, lalu dikonversi menjadi poin. Nah, kalau sudah terkumpul cukup banyak, bisa ditukar dengan telur, ayam, sabun, atau barang kebutuhan lainnya," jelas Kak Alif.

Sistem ini memungkinkan masyarakat dari berbagai latar belakang, terutama keluarga berpenghasilan rendah, untuk tetap bisa mendapatkan kebutuhan pokok tanpa uang tunai.

Jenis sampah yang diterima meliputi: plastik kemasan, botol PET, kertas dan kardus, kaleng dan logam. Setiap jenis sampah memiliki nilai poin berbeda, menyesuaikan dengan harga pasar dan biaya pengelolaan. Sampah yang sudah diterima akan dikumpulkan, dipilah, lalu disalurkan ke mitra pengepul atau bank sampah kerja sama.

(Foto Bersama Narasumber Agrolestari Mart (Sumber: Dokumen Pribadi) 
(Foto Bersama Narasumber Agrolestari Mart (Sumber: Dokumen Pribadi) 

Proses penukaran dilakukan secara periodik. Masyarakat yang sudah memiliki cukup poin dapat memilih barang yang diinginkan dari katalog bahan makanan yang tersedia. Proses ini dilakukan secara transparan dan tercatat.

Agrolestari Mart tidak hanya menjadi solusi atas pengelolaan sampah rumah tangga, tetapi juga menciptakan perubahan sosial di masyarakat. Warga kini lebih peduli dalam memilah sampah dan mulai menerapkan kebiasaan hidup ramah lingkungan.

Program ini dinilai membantu ekonomi keluarga tanpa mengandalkan bantuan langsung tunai. Terlebih, bahan makanan yang disediakan juga dipasok dari petani lokal sehingga terjadi perputaran ekonomi dalam skala komunitas.

Sebagai organisasi induk, Bumiku Lestari turut mendorong berbagai inisiatif lain yang berbasis keberlanjutan. Agrolestari Mart hanyalah salah satu unit dari ekosistem yang sedang dikembangkan. Visi mereka adalah membangun model ekonomi sirkular di tingkat desa yang bisa direplikasi di wilayah lain.

Kak Alif menuturkan bahwa ke depan, program ini akan terus dikembangkan, baik dari sisi digitalisasi, kemitraan, maupun edukasi lingkungan. Ia berharap Agrolestari Mart bisa menjangkau lebih banyak warga, serta menjadi inspirasi untuk daerah lain di Indonesia.

 "Kami ingin jadikan ini sebagai gerakan bersama, bukan hanya soal tukar-menukar, tapi soal kesadaran kolektif bahwa sampah punya nilai, dan lingkungan adalah tanggung jawab bersama," ujarnya.

Salah satu keunggulan Agrolestari Mart terletak pada sistem poin yang diterapkan secara sederhana namun efektif. Setiap jenis sampah yang dibawa oleh masyarakat memiliki nilai tukar tertentu yang dikonversi menjadi poin. Besarnya poin ditentukan berdasarkan jenis, kualitas, dan berat sampah.

Sebagai contoh: plastik bening (PET) dihargai lebih tinggi karena mudah didaur ulang dan memiliki nilai ekonomi lebih besar. Kardus bersih dan kertas memiliki poin menengah. Kaleng dan logam juga bernilai cukup tinggi karena bisa langsung disalurkan ke pengepul. Sementara itu, sampah plastik kresek atau jenis plastik campuran bernilai lebih rendah karena proses daur ulangnya lebih sulit.

Proses penimbangan dilakukan di lokasi Agrolestari Mart dengan alat ukur digital untuk memastikan akurasi. Petugas akan mencatat berat sampah dan jenisnya, lalu memasukkannya ke dalam sistem pencatatan poin milik masing-masing warga atau anggota.

 "Setiap warga punya semacam akun tabungan poin. Jadi bukan hanya sistem barter instan, tapi lebih mirip menabung dalam bentuk sampah," jelas Kak Alif.

Jumlah poin yang dikumpulkan akan terus terakumulasi. Jika sudah mencukupi nilai tukar sebuah barang kebutuhan pokok --- misalnya, 1 kg telur setara dengan 50 poin --- maka warga bisa menukarkannya kapan saja sesuai katalog barang yang tersedia.

Poin ini tidak memiliki masa kedaluwarsa dan bisa ditukarkan kapan saja, sehingga warga tidak merasa terburu-buru. Hal ini mendorong masyarakat untuk rutin membawa sampah, bukan hanya karena kebutuhan sesaat, tetapi sebagai kebiasaan jangka panjang.

Sistem ini juga mengajarkan masyarakat konsep nilai ekonomi dari sampah, serta memberi motivasi untuk memilah dan menjaga kebersihan sampah dari rumah. Warga diarahkan untuk membawa sampah yang sudah dipilah, bersih, dan kering, karena akan dihargai lebih tinggi dan mudah diproses.

(Foto bersama Narasumber Agrolestari Mart (Sumber: Dokumen Pribadi)
(Foto bersama Narasumber Agrolestari Mart (Sumber: Dokumen Pribadi)

Agrolestari Mart adalah contoh konkret bahwa solusi terhadap isu sampah dan kebutuhan pangan bisa dijawab lewat pendekatan kolaboratif dan inovatif. Dengan sistem poin yang adil dan berbasis partisipasi warga, Agrolestari Mart berhasil menghubungkan pengelolaan lingkungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Sejak berdiri tahun 2022, program ini telah menjadi bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah sederhana: memilah sampah dari rumah, dan menjadikannya alat tukar untuk pangan yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun