Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tragedi Hutan di Sungai Bening, Perbatasan Indonesia-Malaysia

23 Agustus 2018   08:19 Diperbarui: 23 Agustus 2018   16:23 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Api di hutan Sungai Bening,16/8/2018, 7 malam.Sumber:Koleksi pribadi

Sungai Bening merupakan salah satu desa di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Nama Desa ini semakin dikenal dengan dibangunnya jalan paralel perbatasan yang menghubungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk di kecamatan yang sama, dengan Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas dan Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Dari memasuki jalan Sungai Bening sampai memasuki Temajuk, memerlukan waktu sekitar 2-3 jam baik dengan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.

Desa Aruk adalah lokasi PLBN resmi yang menghubungkan Indonesia dengan Malaysia. PLBN tersebut dapat dilalui mobil dan orang dengan menggunakan paspor. 

Bangunan PLBN Aruk dan sekitarnya yang masih baru menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Area ini harusnya steril dari non-pelintas batas sehingga proses keimigrasian pelintas batas berlangsung tertib dan mudah dikontrol.

Jalan dari Sambas menuju Aruk dan suasana PLBN Aruk, yang menjadi tujuan wisata pada saat Idul Fitri Juni 2018. Sumber: Koleksi pribadi
Jalan dari Sambas menuju Aruk dan suasana PLBN Aruk, yang menjadi tujuan wisata pada saat Idul Fitri Juni 2018. Sumber: Koleksi pribadi
Sementara itu, Temajuk dan  Jagoi merupakan lokasi Pos Lintas batas tidak resmi. Menurut peraturan, pos ini hanya boleh dilalui oleh penduduk desa yang langsung berbatasan dengan Malaysia dengan menggunakan Pas Lintas Batas (Temajuk Telok Melano, Jagoi, Bengkayang).  

Jalan di Sungai Bening berbukit-bukit dan menjulang cukup tinggi. Di sepanjang kiri kanan jalan terdapat hutan dan belahan tanah bukit yang cukup indah. Sampai bulan Agustus 2018, sebagian besar jalan masih berupa tanah keras dengan batu kerikil berserakan. Jalan ini masih jarang dilalui kendaraan. 

Kendaraan yang melintas umumnya mengangkut barang dan alat berat untuk membangun jalan. Kendaraan penumpang carteran dan kendaraan pribadi mulai banyak menggunakan jalan Sungai Bening untuk menuju Temajuk, obyek wisata yang cukup dikenal di Kalimantan Barat. 

Pengendara perlu berhati-hati ketika melalui tanjakan dan turunan yang curam karena terasa licin. Jalan tersebut lebih mudah dilalui pada musim kering terutama waktu subuh atau awal pagi, untuk menghindar dari debu yang ditimbulkan oleh kendaraan roda empat. Jika menggunakan sepeda motor, jangan lupa menggunakan masker penutup mulut untuk menghindar dari  debu.

Jalan Sungai Bening menuju Temajuk berbukit-bukit cukup tinggi. Sumber: Koleksi pribadi
Jalan Sungai Bening menuju Temajuk berbukit-bukit cukup tinggi. Sumber: Koleksi pribadi
Sisa bukit yang dibelah untuk jalan paralel. Sumber: Koleksi pribadi
Sisa bukit yang dibelah untuk jalan paralel. Sumber: Koleksi pribadi
Ketika melalui jalan Sungai Bening pada 11 Agustus antara pukul 7 sampai dengan 10 pagi, jajaran hutan  yang menghijau masih terlihat  jelas dari lokasi jalan yang paling tinggi.

Namun ketika melalui jalan yang sama pada jam yang sama pada 19 Agustus, pemandangan tersebut  tidak lagi jelas terlihat karena tertutup kabut asap. 

Wahyu dan Tedi dengan latar belakng pemandangan hutan di pegunungan yang jelas terlihat pada 11 Agustus. Sumber: Koleksi pribadi
Wahyu dan Tedi dengan latar belakng pemandangan hutan di pegunungan yang jelas terlihat pada 11 Agustus. Sumber: Koleksi pribadi
Kabut asap yang semakin pekat ada hubungannya dengan peristiwa beberapa hari sebelumnya. Ketika melalui jalan itu pada 16 Agustus sekitar pukul 7 malam, terlihat api berkobar di beberapa lokasi hutan sepanjang jalan sebelah kiri dari arah Sungai Bening menuju Temajuk.

Melalui jalan yang sama pada 19 Agustus pada awal pagi, kondisi hutan di sepanjang jalan jelas terlihat. Hutan bekas terbakar yang mengering dan hangus kehitaman, yang sebagian masih mengepulkan asap, terlihat di beberapa tempat. Entah sudah berapa lama kebakaran hutan itu terjadi.

Bagian hutan yang bekas terbakar. Sumber: Koleksi pribadi
Bagian hutan yang bekas terbakar. Sumber: Koleksi pribadi
Bagian hutan yang tidak terbakar. Sumber: Koleksi pribadi
Bagian hutan yang tidak terbakar. Sumber: Koleksi pribadi
Kebakaran hutan di beberapa lokasi di Sungai Bening secara langsung atau tidak langsung akan berdampak terhadap Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Asuansang.

TWA Gunung Asuansang didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 259/Kpts-II/2000, 23 Agustus 2000 dan berada dibawah Unit Pelaksana Teknis BKSDA Kalimantan Barat (Taman Wisata Alam Gunung Asuansang, TWA).

TWA Gunung Asuansang mencakup area 4.464 hektar yang memiliki tipe seperti vegetasi hutan kerangas dan rawa gambut.  Flora di dalam kawasan TWA didominasi oleh famili seperti Jambu-jambuan dan Meranti-merantian sedangkan fauna didominasi oleh famili Monyet Ekor Panjang, Beruk, Lutung dan Rusa. 

Dampak kebakaran hutan juga sangat terasa di Desa Temajuk. Desa yang terkenal dengan pantainya yang indah dan banyak dikunjungi wisatawan dari Kalimantan Barat, Jakarta dan Malaysia tersebut, diselimuti kabut asap sepanjang hari.

Suasana pantai di sekitar Camar Bulan Resort yang diselimuti kabut asap 17/8/2018. Sumber: Koleksi pribadi
Suasana pantai di sekitar Camar Bulan Resort yang diselimuti kabut asap 17/8/2018. Sumber: Koleksi pribadi
Dalam perjalanan pulang dari Temajuk menuju Aruk melalui Sungai Bening pada 20 Agustus, kabut asap dan debu terasa semakin pekat walau berangkat dari Temajuk sekitar pukul 7 pagi. 

Debu yang pekat kali ini telah mengubah warna tas pakaian dari hitam menjadi abu-abu dan warna pakaian pun menjadi kusam. Ini membuktikan debu tanah dan hasil kebakaran hutan semakin banyak. 

Robert dan Edo dengan latar belakang hutan yang mengering. Sumber: Koleksi pribadi
Robert dan Edo dengan latar belakang hutan yang mengering. Sumber: Koleksi pribadi
Terlihat ada bibit kelapa sawit di suatu tempat di jalan tersebut. Apakah kebakaran hutan memang disengaja untuk membersihkan lahan guna menanam kelapa sawit di jalan paralel Sungai Bening? 

Hutan di Sungai Bening telah hilang sebagian dalam waktu singkat. Hal ini bukan hanya karena kayu di hutan harus ditebang  untuk jalan paralel perbatasan selebar sekitar 12 meter tetapi juga kebakaran hutan di beberapa lokasi sepanjang jalan tersebut. 

Alangkah mahalnya investasi jalan paralel perbatasan dan perkebunan kelapa sawit di sepanjang jalan Sungai Bening. Apakah hutan beserta isinya yang hilang sudah diperhitungkan sebagai biaya dari investasi? Dari pandangan pemilik, membersihkan lahan dengan cara dibakar mungkin lebih murah dibanding cara yang lain, namun biaya sosialnya sungguh besar.

Berbagai jenis flora dan fauna di hutan akan hilang. Kebakaran hutan juga menimbulkan kabut asap yang berdampak terhadap kesehatan dan perekonomian. 

Lokasi yang dekat dengan Malaysia menyebabkan kabut asap dengan mudah berhembus ke negara tetangga. Kebakaran hutan di Sungai Bening telah berkontribusi terhadap kualitas udara yang sangat buruk di Kalimantan Barat bulan Agustus ini (Kebakaran hutan di Kalimantan Barat). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun