Mohon tunggu...
Farhansyah Fazril
Farhansyah Fazril Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi

Mahasiswa Pendidikan Sejarah dari Kota Tasikmalaya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Fenomena Brain Rot dan Tindakan Pencegahannya

2 Juli 2025   09:52 Diperbarui: 2 Juli 2025   09:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Tidak dapat dipungkiri bahwa di abad ke 21, internet dan sosial media telah menjadi media utama dalam mengakses informasi, terutama bagi tiga generasi terakhir (Generasi milenial, generasi Z dan generasi Alpha). Namun, internet bukanlah sebuah media tanpa celah atau kekurangan. Bagai dua sisi koin, internet memiliki dampak positif  dan negatif yang sama besarnya, terlebih apabila internet digunakan berlebihan. Penggunaan internet dan sosial media secara berlebihan berpotensi membuat seseorang berada dalam kondisi brain rot. Lantas, apa yang dimaksud dengan brain rot?

Secara saintifik, para ahli belum mampu memberikan definisi yang jelas mengenai apa itu brain rot. Menurut Caster Grathwohl, presiden Oxford Languages, istilah ini pertama kali dikenalkan oleh seorang Henry David Thoreau dalam bukunya yang berjudul Warden pada tahun 1854. Thoreau menciptakan istilah ini untuk mendefinisikan kondisi menurunnya kemampuan berpikir kritis dan konsentrasi dalam diri seorang individu hingga akhirnya lupa akan dunia tempat tinggalnya. Oxford University Press kemudian mendefinisikan brain rot sebagai sebuah kondisi menurunnya kemampuan intelektual dan mental seseorang sebagai akibat dari konsumsi konten negatif dari internet secara berlebihan. Kata brain rot juga seringkali diartikan sebagai konten-konten dalam media digital yang tidak memiliki nilai positif. Istilah ini semakin masif digunakan pada beberapa tahun terakhir hingga akhirnya Oxford University Press memilih kata brain rot sebagai Word of The Year tahun 2024.  

Meskipun belum dapat dikatakan sebagai sebuah permasalahan medis, namun para ahli menganggap bahwa fenomena brain rot atau kecanduan terhadap internet dan sosial media terbukti memiliki dampak yang signifikan terhadap mental seseorang. Penelitian ahli membuktikan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu dalam dunia internet dapat menurukan kemampuan otak dalam menyelesaikan masalah dan merusak kapasitas memori.

 Selain itu, konsumsi konten negatif dalam sosial media secara berlebihan juga berpotensi membuat seseorang menjadi tidak percaya diri, mengalami anxiety disorder dan rasa kesepian, serta mengisolasi diri dari dunia luar. Sosial media sering menjadi tempat bagi publik untuk menunjukkan eksistensi diri, yang mana situasi ini membuat seorang individu seringkali membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain. Kondisi ini membuat seorang individu menjadi perfeksionis yang berujung pada berkurangnya kepercayaan diri dan menimbulkan rasa cemas apabila hasil yang didapat tidak sesuai ekspektasi mereka.

Dampak lain dari ketergantungan terhadap konten-konten internet adalah kurangnya waktu tidur yang cukup. Banyak kalangan muda yang menggunakan waktunya di malam hari untuk scroll sosial media dan bukan untuk beristirahat setelah seharian beraktivitas. Hal ini tentunya mengakibatkan kurangya waktu bagi tubuh untuk memulihkan diri setelah seharian beraktivitas. Kurang tidur ini apabila dibiarkan dapat berpengaruh negatif bukan hanya kepada mental, namun juga kepada fisik. Kekurangan tidur mampu membuat seseorang  

Brain rot seringkali dikaitkan dengan beberapa kebiasaan kita dalam menggunakan internet dan sosial media. Terdapat beberapa kebiasaan yang terbukti dapat menimbulkan fenomena brain rot. Kegiatan seperti doomscroling (scroll media sosial tanpa tujuan yang jelas), multitasking, serta penggunaan layar gawai dalam waktu panjang menjadi beberapa contoh penggunaan internet yang berdampak buruk pada otak dan mental. Doomscrolling terbukti dapat membuat kemampuan fokus dan konsentrasi mereka berkurang dan tidak dapat fokus dalam jangka waktu yang panjang. Dampak yang sama juga berlaku terhadap tindakan multitasking. Multitasking atau mengerjakan lebih dari satu tugas secara bersamaan dapat membuat seseorang susah untuk terfokus terhadap satu aspek. Dua kondisi atas tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap seorang individu, mengingat konsentrasi dan fokus merupakan dua aspek vital dalam perkembangan intelektual dan mental seseorang.

LANGKAH PENCEGAHAN

Sebagai fenomena yang terbukti memberikan dampak negatif, tentunya perlu berbagai langkah pencegahan untuk meredam fenomena ini, mengingat internet seakan telah menjadi kebutuhan primer di era digital ini.

  • Mengurangi waktu di depan layar

Langkah utama yang dapat dilakukan untuk mencegah brain rot adalah dengan mengurangi waktu di depan layar. Menurut penelitian, rata-rata seseorang menghabiskan waktu sekitar 7 jam di depan layar gawai untuk hiburan, yang mana hal tersebut berarti 1/3 dari hari kita. Tingginya waktu di depan layar juga membuat seseorang menjadi lelah baik secara fisik ataupun mental. Oleh karena itu, penting bagi seorang individu untuk membatasi diri dari penggunaan gawai yang berlebihan. Apabila seseorang menghabiskan waktu sekitar 3 jam per hari untuk hiburan, maka waktu tersebut dapat dikurangi menjadi 30 menit saja.

Selain membatasi waktu penggunaan per hari, langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan dopamine detox. Dopamine detox berarti menyediakan satu hari penuh untuk tidak berinteraksi dengan dunia maya.

  • Memperbanyak kegiatan di luar ruangan

Langkah kedua adalah dengan melakukan kegiatan yang jauh dari gawai dan dunia maya. Melakukan kegiatan di luar ruangan dapat menjadi solusi untuk mengatasi sifat kecanduan terhadap gawai. Berbagai kegiatan seperti olahraga, melukis, berkebun, hingga kegiatan sederhana seperti membaca buku di perpustakaan dapat membantu menjauhkan kita dari gawai dan mengurangi waktu kita di depan layar. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengikuti komunitas, organisasi, atau ekstrakurikuler sesuai dengan hobi. Mengikuti kegiatan bersama orang banyak dapat membantu mengurangi konsumsi terhadap gawai dan meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.

  • Filter jenis konten yang muncul di sosial media
  • Dalam sosial media, untuk membuat konten yang muncul tetap relevan dengan preferensi pengguna, sosial media akan menunjukkan konten sesuai dengan aktivitas yang sering dilakukan oleh pengguna. Sistem ini dikenal sebagai algoritma dalam media sosial. Untuk menghindari konten negatif atau konten brain rot, pengguna dapat memanfaatkan algoritma ini dengan cara banyak mengakses atau menonton konten yang bersifat positif, seperti konten edukasi, dll. Seringnya mengakses konten-konten positif dapat membuat beranda sosial media penuh dengan hal positif, dimana hal ini dapat perlahan-lahan membantu menjauhkan diri dari berbagai konten negatif.
  • Berlatih fokus dengan meditasi
  • Beberapa kegiatan seperti meditasi dapat membantu meningkatkan kemampuan otak dan membantu untuk fokus dan mengurangi stress. Meditasi dapat dilakukan dengan cara duduk di ruang yang sunyi, tutup mata, atur pernafasan, dan fokus pada pikiran dan ritme nafas. Kegiatan meditasi dapat dilakukan selama 10-15 menit per hari.  
  • Tidur yang cukup
  • Banyak anak muda yang menggunakan gawai secara berlebihan hingga mengurangi waktu tidur atau begadang. Waktu tidur yang cukup menurut sains adalah 8 jam per hari. Dengan tidur yang cukup, maka tubuh memiliki waktu memulihkan diri dari semua lelah dalam tubuh setelah beraktivitas seharian penuh.

  • Beberapa langkah tersebut dapat menjadi solusi untuk mencegah gejala brain rot, khususnya bagi generasi muda. Namun, yang terpenting dalam tindakan pencegahan brain rot adalah konsistensi dalam penerapan langkah-langkah pencegahannya. Gejala brain rot muncul akibat konsumsi konten secara berlebihan, sehingga penanganannya harus dalam jangka waktu yang juga panjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun