Uang adalah sesuatu yang dekat dengan kehidupan kita. Namun tak banyak yang memahami bagaimana meperlakukannya. Banyak orang gagal mengendalikan uang. Sebaliknya, mereka justru dikendalikan uang.
Fenomena crazy rich desa adalah salah satu contohnya. Dengan masuknya miliaran rupiah ke dalam kantong, mereka berpikir telah mengendalikan uang. Saat rupiah terakhir meninggalkan rekening, saat itulah mereka sadar bahwa mereka telah dikendalikan uang.
Ketika memperoleh uang, hal pertama yang seringkali terpikirkan adalah bagaimana menghabiskannnya. Jarang sekali orang memikirkan bagaimana uang tersebut dapat berlipatganda.
Hal ini karena uang tidak berperilaku berdasarkan ilmu pasti layaknya 1+1=2.
Sebagaimana yang dinyatakan Morgan Housel dalam bukunya The Psychology of Money, "Kesuksesan keuangan bukanlah ilmu pasti (hard science). Ia merupakan soft skill, di mana perilaku anda lebih penting daripada pengetahuan anda."
Pendidikan dan Penyuluhan Keuangan
Selama beberapa dasawarsa terakhir pemerintah gencar melakukan penyuluhan terhadap masyarakat desa. Mulai dari penyuluhan pertanian, keluarga berencana, pendidikan dan tumbuh kembang anak, hingga penyuluhan kesehatan.
Namun satu hal yang belum pernah terdengar adalah penyuluhan keuangan.
Penyuluhan keuangan menjadi sangat penting hari ini terutama dengan maraknya isu judol (judi online) dan pinjol (pinjaman online). Di tengah keputusasaan, judol dan pinjol menjadi sangat menarik bagi rakyat miskin.
Memberikan pemahaman kepada masyarakat desa tentang uang akan menjadi bekal bagi mereka merencanakan masa depan. Rakyat menengah ke bawah seringkali hanya hidup di hari ini. Hari ini dapat uang sejuta atau seratus ribu, pokoknya harus dihabiskan hari ini juga.
Pola pikir seperti itu membuat kemiskinan langgeng. Tanpa adanya perencanaan keuangan, mereka gagal menyekolahkan anak-anak, dan gagal menabung untuk hari tua. Akhirnya, mereka menjadi beban bagi anak-anak mereka yang tidak berkuliah.