Mohon tunggu...
farah salsabila
farah salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sedikit Cerita Santri dan NKRI

17 Oktober 2022   01:48 Diperbarui: 17 Oktober 2022   02:38 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada awal penjajahan di Indonesia, tepatnya pada wilayah Nusantara, dominan pada saat itu yang melakukan pembelaan dan turut ikut berperang adalah kaum muslim terutama para santri. Santri juga telah terbukti pernah menjadi tonggak dalam perlawanan terhadap para penjajah dan menjadi kesatuan dan keutuhan NKRI, karna santri memiliki jiwa - jiwa dan karakter spirit yang sesuai dengan ciri khas dalam menjaga NKRI.
Mengapa harus santri? Karena santri memiliki karakter yang sangatt kuatt, mereka para santri yang hidup di pondok pesantren selalu diajari hal -- hal positif, mengaji kitab kuning, sholat berjamaah, dimana mereka harus datang tepat waktu dan selalu disiplin, para santri juga diajari bermuamalah baik secara individu maupun sosial. Jiwa sosial yang ada pada diri para santri ini sangatt melekat, rasa empati dan simpati sangan terjaga juga sangatt tertanam pada diri seorang santri. Keseharian seorang santri dengan temannya adalah salah satu bukti kecil bahwa santri memeluk jiwa dan raga yang selalu siap untuk membela negara.
Jiwa semangat dan karakter seperti inilah yang harus dijaga dan di lestarikan, karena kehidupan santri di pesantren, dan jauh dari sanak saudara bahkan family nya, hal inilah yang telah membuka mata santri bahwa hidup itu saling membutuhkan satu sama lain. Bukan saling bermusuhan bahkan saling membully satu sama lain. Santri yang telah mondok atau berpendidikan lama maka sudah sangat jelas bahwa tertamanlab jiwa sosialnya yang sangat tinggi.
Dalam fatwa resolusi jihad K.H. Hasyim  Asy'ari  mengatakan bahwa membela tanah air melawan penjajah adalah hukumnya fardhu ain dan umat Islam yang telah gugur pada saat perjuangan tersebut adalah mati syahid. Maka berdasarkan fatwa itu, seluruh santri dari berbagai kota dan daerah dengan semangat yang membara, jiwa yang menggebu-gebu dan niatt Lilla Hita'ala maju dengan percaya diri menyambut kedatangan NICA yang berjumlah ribuan tentara dengan berbagai alat dan senjata yang sangat lengkap dan banyak dengan komando Brigadir Jendral Mallaby dari Inggris. Dan pada hari itu di mulailah peperangan dengan membawa senjata apa adanya, dengan bondo nekat melawan ribuan penjajah dengan senjata lengkap. Banyak juga mereka para santri bahkan ratusan sampai ribuan santri yang gugur dalam medan memperjuangkan Indonesia ini. Mereka yakin dengan adanya fatwa dan semangat yang membara pada santri, negara Indonesia akan tetap menang melawan musuhnya, sehingga mereka bisa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam peperangan ini banyak strategi yang disusun oleh mereka dengan keberanian mereka melawan musuh dan langsung menembak jendral mallaby dan ajudannya, dia tewas seketika. Dan yang paling mengejutkan, ternyata yang menembak adalah bukan tentara melainkan dia dari kalangan santri yang bernama Harun.
Harun merupakan salah satu santrinya K.H. Hasyim Asy'ari yang mondok di Tebuireng Jombang, dia merupakan sosok santri yang sangat teladan, sopan santun dan taat serta hormat kepada guru. Dia rela meninggal sanak keluarga, istri dan anaknya untuk pergi berjuang mempertahan NKRI, berjihad melawan penjajah dan musuh musuh Indonesia. Ini adalah bukti bahwa seorang santri rela mati dan ikhlas dalam berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Meskipun sudah dari ribuan santri dan para ulama yang gugur dalama hal ini, ini tidaklah sia sia karena demi menegakkan Indonesia di tanah Pertiwi ini. Semangat dari para santri ini merupakan lantaran dari satwa K.H. Hasyim Asy'ari yang memberikan dorongan dan semangat kepada para santri dan masyarakat untuk jihad fisabilillah melawan musuh Indonesia.
Maka dari itu, untuk mengenang jasa para pahlawan terutama para santri, maka, di tetapkan lah tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional. Agar rakyat Indonesia kembali mengenang dan mengingat teladan para santri  dan perjuangan dalam membela NKRI. Sebagai hubbul waton minal iman yang di gelorakan oleh para ulama'.
Kita sebagai mahasantri harus menerapkan hubbul waton minal iman yakni cinta tanah air sebagai tempat tinggal dan tempat dimana kita semua dilahirkan. Kita juga harus berjiwa toleransi dan menghargai tradisi budayanya, dan mengedepankan akhlakul karimah, menghormati dan ta'dzim kepada orangtua dan guru. Kita juga tidak boleh menjadi santri yang hanya pandai membaca kitab gundul ( kitab kuning ), kita juga harus pandai dalam segala hal, apalagi sekarang kita hidup diera yang sudah milineal, yang apa apa sekarang menggunakan alat -- alat canggih. Kita juga harus pandai dalam public speaking yang baik dan benar, mampu dalam menulis seperti saya sekaran ini atau jurnalistik, mampu memahami ilmu pengetahuan teknologi ( IPTEK ), dan juga mampu mengolaborasikan antara ilmu agama dan ilmu umum, harus seimbang dengan mengikuti perkembangan zaman. Jika para santri hanya mendalami ilmu agama saja dan tidak bergerak di bidang teknologi informasi maka di khwatirkan para masyarakat atau rakyat awam akan terjerumus pada ideolagi radikal dan intoleran. Maka dari itu, kita harus mampu menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Sebagai santri nasionalis kita juga berperan dalam menjaga keutuhan ideologi Pancasila Bhinneka Tunggal Ika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun