Mohon tunggu...
Farah Aliyah Syahidah
Farah Aliyah Syahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long life learner

Pembelajar yang berkecimpung di dunia psikologi pendidikan, literasi, bisnis dan kerelawanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa Ya Aku Malas dan Mudah Menyerah?

4 Juli 2021   00:08 Diperbarui: 4 Juli 2021   00:19 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Hal ini bahkan tidak hanya berlaku pada kecerdasan maupun sistem pembelajaran, namun menjalar luas pada kepribadian manusia, dimana  orang-orang yang percaya bahwa kepribadian akan terus berkembang tidak akan menyerah begitu saja, namun akan terus berfokus pada tantangan, dalam hal ini adalah berorientasi pada penugasan guna terus bertumbuh. 

Dweck juga menemukan hasil penelitian yang menyatakan banyak laki-laki yang lebih tangguh saat memasuki usia remaja maupun dewasa dibanding perempuan dikarenakan pujian dan kritik yang diberikan semasa kecil di kelas. Perempuan yang cenderung pendiam di kelas, membuat lebih banyak dipuji dibanding laki-laki yang menyebabkan respon ketidakberdayaan di masa mendatang.  Maka dari itu Dweck selalu menekankan bahwa pujian maupun kritik tetap perlu diberikan secara objektif dengan menekankan pada proses atau strategi yang digunakan. Jadi, ketika anak suatu hari gagal, kita tidak menghakimi individu mereka, namun ktia perlu mengevaluasi metode yang digunakan kemudian diperbaiki untuk bertumbuh dimasa yang akan datang.

Dari pembelajaran ini membuatku merefleksikan banyak hal, tentang kegagalan-kegagalanku selama mencoba lomba debat, cerita pendek, mencalonkan jadi mahasiswa berprestasi dan luka yang amat dalam. Aku terus membandingkan kenapa hasil kompetisiku selalu memiliki hasil yang keterbalikan dengan hasil pembelajaranku di jurusan psikologi yang terbilang memuaskan? Kenapa aku mengerjakan seluruh tugas dengan mudah? Mengapa aku terus memikirkan berbagai teori, bahkan menganalisa orang menggunakan teori kepribadian? 

Mengapa aku mendapat nilai B pada mata kuliah psikologi umum II, dimana hamper seluruh teman sekelasku mengulang dan buku materinya menggunakan bahasa Inggris yang sangat tebal?  Mengapa kegagalanku di mata kuliah psikometri dengan nilai C+ justru bersambut nilai A- dimata kuliah lanjutan, konstruksi alat ukur padahal dengan dosen yang sama-sama disiplin dan keras? Mengapa aku memperoleh nilai A pada mata kuliah biopsikologi, di antara ratusan anak psikologi di jurusanku? Mengapa aku mendapat nilai A pada mata kuliah statistik II? Ternyata, di jurusan psikologi aku sangat berorientasi pada penugasan. Di sana aku selalu mengosongkan gelas dan sangat suka belajar, terutama membaca.

Pada mata kuliah psikologi umum, aku sangat menyadari kekuranganku akan bahasa Inggris, maka aku mengajak teman sekelasku untuk belajar bersama, berbagi halaman untuk menerjemahkan, kemudian berdiskusi bersama. Pada mata kuliah kepribadian aku selalu senang hati ke perpustakaan meminjam berbagai buku kepribadian yang dibutuhkan dan sangat menikmati membaca tiap materinya sesuai jadwal kampus. Pada mata kuliah psikometri aku sangat menyadari kegagalanku adalah disebabkan kurangnya serius belajar sebelum UAS karena harus melakukan orasi di salah satu organisasi fakultas sehingga aku sangat mendisiplinkan diri mata mata kuliah berikutnya, konstruksi alat ukur. 

Di mata kuliah biopsikologi aku sangat menaruh perhatian pada ucapan dosen yang mengatakan mata kuliah ini sangat sulit, bahkan di UGM termasuk kedokteran dasar, maka dari itu kami perlu bersungguh-sungguh, jadi aku terus belajar sepanjang hari melalui buku, video dan semua kulakukan dengan senang hati. Sementara untuk statistic aku sangat menyadari kelemahanku pada mata pelajaran hitungan, maka aku terus mencari teman-teman yang memang ahli dan meminta pertolongan mereka untuk memberikan penjelasan.

Ya, sampai di sini aku menyadari mengapa aku banyak gagal pada petualanganku di luar jurusan, karena orang-orang di jurusanku, mulai dari teman, kakak tingkat hingga dosen terus memberikan pujian dan aku menggenaralisasi sebagai individu tanpa memperhitungkan strategi, hal ini membuatku terus belajar reaksi ketidakberdayaan yang luar biasa dan membuatku sempat enggan kuliah selama beberapa hari karena halusinasi yang kacau dan sakit selama beberapa hari karena kekalahan di lomba-lomba. Alhamdulillah, masyaAllah tabarakAllah. Jika hari itu aku tidak mendapat masalah, aku tidak akan ke Gramedia hari itu dan menemukan buku itu. Aku tidak akan pernah tumbuh dan menjadi diriku yang sekarang. Luka, kegagalan, penerimaan, dan bertumbuh adalah proses yang akan dilalui semua manusia. Selamat berpetualang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun