Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin Bukan Capres - Cawapres Ideal

10 Agustus 2018   11:46 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:23 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kekuatan Jokowi ada pada kemampuannya menjadikan banyak orang sebagai temannya dan mengajak mereka bersama-sama membangun Indonesia. Tidaklah heran, di lingkaran pertemanan Jokowi berkumpul orang-orang yang sebenarnya mungkin saja ada di kubu yang berseberangan. Ahok dan KH Ma'ruf Amin, misalnya.

Jadi, jika sekarang Jokowi mendaulat KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres, itu bukanlah tanda bahwa Jokowi mengkhianati pertemanan dengan Ahok. Jika KH Ma'ruf Amin untuk saat ini dipilih sebagai cawapres, itu bukan berarti Jokowi menganggap Mahfud MD tidak pantas.

Konstelasi kekuatan yang mendukung dan menekan Jokowi dan negeri ini sekarang membutuhkan kombinasi kepemimpinan yang menjaga stabilitas dan yang menjalankan mesin pembangunan. Stabilitas akan dijaga melalui pendekatan sosial kultural, bukan kekuatan senjata seperti pada zaman Orde Baru. Terlalu banyak biaya dan waktu yang terbuang selama ini hanya untuk melayani para pengganggu yang memainkan isu SARA.  KH Ma'ruf Amin tentu bukanlah jawaban untuk masalah ekonomi dan hukum tapi beliau akan berkontribusi banyak untuk memelihara ketenteraman yang menjadi prasyarat bagi pembangunan di segala bidang.

Para pendukung Jokowi yang juga pendukung Ahok mungkin saja masih dendam dengan KH Ma'ruf Amin yang mengeluarkan fatwa MUI yang digunakan kelompok penekan untuk mengerangkeng Ahok. Untuk menarik suara non-muslim, para oposisi Jokowi mungkin saja akan memainkan isu Jokowi tidak lagi ramah terhadap non-muslim karena sekarang bermesraan dengan seorang pemimpin muslim yang punya keterkaitan dengan aksi 212. Para pendukung Mahfud MD bisa saja merasa sakit hati jagoannya di-php. Mereka yang kecewa dengan keputusan Jokowi mungkin saja akan meninggalkannya.

Tapi, mari berpikir dengan jernih.

KH Ma'ruf Amin bukanlah pilihan ideal. Jokowi pun bukan pilihan ideal. Parpol pendukung Jokowi-Ma'ruf pun bukan partai ideal. Orang-orang di sekitar Jokowi pun banyak sekali yang tidak ideal.

Tak ada yang ideal.

Ketika Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi dan para pemimpin perubahan diberi kesempatan menjalankan negara, adakah Megawati Soekarnoputri, Amien Rais dan Gus Dur menjadi pemimpin yang ideal ?  Apakah para aktivis muda  yang bergerak di jalan untuk menumbangkan Orde Baru kini menjadi pemimpin-pemimpin yang ideal di negeri ini ?

Joko Widodo bukan superhero yang dalam 5 tahun bisa membalikkan nasib negeri yang 32 tahun dikuasai oleh rezim otoriter dan korup, beberapa tahun bergulat dengan krisis ekonomi dan 10 tahun bertapa dalam stabilitas dan stagnasi.

Tetapi, Jokowi sudah menunjukkan prestasi yang baik selama periode pertama kepemimpinannya. Keberlanjutan kepemimpinan Jokowi akan memberinya kesempatan meneruskan pembangunan gencar yang sudah dimulainya - kali ini dengan kondisi yang lebih kondusif dalam kawalan KH Ma'ruf Amin dan partai-partai yang sudah lebih sadar diri mendapat cipratan pesona Jokowi dalam pemilihan legislatif.

Jika cinta Indonesia, dukunglah langkah-langkah kecil menuju perbaikan. Belum optimal, tapi risikonya  dalam batas kendali. Jangan keterusan baper, pundung apalagi apatis. Tetaplah cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun