Mohon tunggu...
Fanny Ainur Rahmawati
Fanny Ainur Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (24107030097)

Keep fighting✨

Selanjutnya

Tutup

Film

Duty After School: Sekolah Berubah Jadi Neraka, dan Tak Semua Pulang Hidup-Hidup

11 Juni 2025   20:40 Diperbarui: 11 Juni 2025   20:40 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Duty After School (Sumber: viu.com)

Apa jadinya jika sekolah bukan lagi tempat belajar, melainkan ladang peperangan? Jika dulu kita hanya takut ulangan harian, kini para siswa dalam "Duty After School" harus menghadapi kemungkinan mati di usia muda. Drama Korea ini menyuguhkan kisah brutal, emosional, dan tak terlupakan yang akan mengguncang mental siapa pun yang menontonnya.

"Duty After School" diadaptasi dari webtoon karya Ha Il-kwon, yang bercerita tentang sekelompok siswa SMA yang terpaksa direkrut sebagai pasukan cadangan untuk menghadapi serangan makhluk asing berupa menyerupai serangga berbaya . Pemerintah Korea Selatan menerapkan sistem wajib militer darurat, dan para siswa kelas 3 SMA yang seharusnya fokus menghadapi ujian masuk perguruan tinggi, justru diberikan senjata dan pelatihan militer.

Sekolah berubah jadi barak. Ruang kelas jadi tempat tidur darurat. Dan guru digantikan oleh tentara. Ini bukan sekadar plot fiksi ilmiah. Ini adalah refleksi bagaimana dunia bisa begitu kejam pada generasi muda, bahkan sebelum mereka sempat memilih jalan hidupnya.

Salah satu kekuatan terbesar dari "Duty After School" adalah keragaman karakter yang terasa sangat manusiawi. Ada yang ambisius, penakut, pendiam, pemberani, bahkan licik. Penonton diajak melihat dinamika kelompok siswa yang perlahan-lahan berubah, dari teman sebangku menjadi rekan bertempur.

Lee Chun Ho, tentara muda yang memimpin pelatihan, tampil sebagai sosok dingin yang ternyata memendam banyak rasa bersalah. Kim Chi Yeol dan Park Eun Young, dua siswa yang menjadi representasi kepolosan dan ketabahan, membuat penonton sulit untuk tidak terikat secara emosional. Namun jangan terlalu sayang pada karakter manapun, karena drama ini tidak segan-segan "mengambil" mereka satu per satu.

Satu hal yang membuat drama ini sangat membekas adalah cara ia memperlakukan kematian sebagai sesuatu yang biasa, tetapi tetap menyakitkan. Setiap kali seorang siswa gugur, tidak ada musik heroik. Tidak ada upacara mewah. Hanya tubuh yang dibawa pergi dan rasa hampa yang tertinggal.

Adegan-adegan kematian dibuat dengan intensitas emosional tinggi, tapi tanpa glorifikasi. Inilah yang membuat "Duty After School" terasa realistis sekaligus menyayat. Drama ini seakan ingin berkata "Beginilah dunia nyata, tidak semua yang baik akan selamat."

Meski makhluk asing jadi musuh utama, mereka bukan fokus sejati dari cerita. Justru konflik antar manusia lah yang membuat drama ini begitu menggugah. Ketakutan, rasa bersalah, saling curiga, dan keputusasaan menjadi bahan bakar utama konflik. Bahkan dalam beberapa momen, kita dibuat berpikir "Siapa sebenarnya monster di sini?"

Drama ini juga menyinggung isu sosial, tekanan sistem pendidikan, otoritas pemerintah, dan bagaimana anak muda sering dijadikan pion dalam krisis politik atau militer. Duty After School bukan sekadar tontonan, tapi tamparan halus bagi masyarakat.

Secara teknis, produksi drama ini solid. Tata sinematografi yang gelap, gerakan kamera yang dinamis, dan efek visual yang cukup meyakinkan untuk ukuran serial TV Korea. Setiap adegan pertempuran dibuat dengan rapi dan penuh emosi. Tidak hanya menyuguhkan ketegangan, tapi juga menciptakan atmosfer suram yang menghantui penonton hingga episode terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun