Mohon tunggu...
fana abadi
fana abadi Mohon Tunggu... pencerita yang fana.

menceritakan hal-hal fana. karena yang fana itu abadi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Apakah Masyarakat Indonesia Siap dengan Konsep "Pet-Friendly City"?

2 September 2025   23:10 Diperbarui: 2 September 2025   23:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah pernahkah membayangkan sebuah kota di Indonesia yang mana hewan peliharaan bisa berjalan santai bersama pemiliknya?

Sebagaimana kita lihat di film-film, berjalan di trotoar, bermain bebas di taman kota, atau bahkan masuk ke beberapa transportasi umum tanpa dipandang aneh.

Gambaran seperti itu mungkin terasa seperti adegan dari luar negeri, tetapi sebenarnya konsep pet-friendly city bukan lagi sesuatu yang utopis.

Pertanyaannya, apakah masyarakat Indonesia sudah siap dengan hal tersebut?

Saat ini, ruang publik di Indonesia masih jarang dirancang dengan mempertimbangkan keberadaan hewan peliharaan.

Pemilik anjing, misalnya, sering merasa ragu membawa peliharaannya keluar rumah karena khawatir dianggap mengganggu.

Sementara itu, pengunjung lain kadang mengeluh karena tidak nyaman berbagi ruang dengan hewan, apalagi jika menyangkut masalah kebersihan.

Nah, letak persoalan utamanya adalah belum ada aturan yang jelas, fasilitas yang memadai, dan kesadaran bersama tentang bagaimana hidup berdampingan dengan hewan di ruang publik.

Di beberapa negara maju, konsep kota ramah hewan sudah berjalan cukup lama.

Tokyo, misalnya, menyediakan taman kota dengan aturan ketat tentang kebersihan, lengkap dengan papan peringatan dan tempat sampah khusus.

Pun di Singapura, membawa anjing ke ruang publik berarti membawa serta kantong plastik kecil untuk membersihkan kotorannya, dan ada konsekuensi hukum bagi yang lalai.

Kalau di Amerika Serikat, dog park menjadi ruang sosial yang mempertemukan manusia dan hewan, tempat di mana anjing bisa bermain bebas tanpa mengganggu pengunjung lain.

Indonesia tentu memiliki konteks berbeda, baik dari sisi budaya maupun infrastruktur.

Tidak semua orang nyaman berbagi ruang dengan hewan. Ada yang merasa terganggu, ada yang khawatir soal kesehatan, bahkan ada pula yang berlandaskan keyakinan agama.

Itu artinya, membangun kota yang ramah hewan tidak bisa hanya meniru konsep luar negeri, melainkan harus disesuaikan dengan realitas sosial kita sendiri.

Namun, bukan berarti mustahil. Ada banyak peluang yang bisa dikembangkan.

Pemerintah daerah, misalnya, bisa mulai dengan menyediakan ruang terbuka hijau khusus untuk hewan, lengkap dengan fasilitas kebersihan.

Komunitas pecinta hewan bisa menjadi motor penggerak kesadaran, mengedukasi bahwa membawa hewan ke ruang publik berarti membawa tanggung jawab ekstra.

Sementara masyarakat umum perlu diyakinkan bahwa keberadaan hewan peliharaan di ruang publik tidak otomatis berarti ancaman, selama ada aturan yang ditegakkan.

Pada akhirnya, kesiapan masyarakat Indonesia menuju pet-friendly city akan ditentukan oleh sejauh mana kita bisa membangun budaya saling menghargai.

Pemilik hewan harus paham bahwa hak mereka untuk menikmati ruang publik berjalan beriringan dengan kewajiban menjaga kebersihan dan kenyamanan orang lain.

Sedangkan di sisi lain, masyarakat luas juga perlu membuka diri bahwa kota yang ramah hewan bisa membawa banyak manfaat---mulai dari kualitas hidup yang lebih baik, interaksi sosial yang lebih hangat, hingga citra kota yang lebih inklusif.

Mungkin saat ini kita masih jauh dari gambaran ideal kota ramah hewan.

Tetapi perubahan selalu dimulai dari langkah kecil. Pertanyaannya kembali di awal: apakah kita siap untuk melangkah ke arah itu?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun