Kali ini, kita akan mengunjungi Goa Maria Sendang Sono.
Dari Semarang ka arah Solo, Â lalu belok ke kanan arah Ambarawa kota, terus lurus sampailah kita di Muntilan. Nah, Â Sendang Sono terletak dekat dengan Muntilan di kaki bukit Menoreh yang sejuk. Ngomong-ngomong tentang bukit Menoreh, Â jadi ingat tokoh Agung Sedayu di cerita gubahan S.H. Â Mintardja, "Api di Bukit Menoreh".
Tapi setelah saya lihat google map ternyata Sendang Sono itu masuk wilayah kabupaten Kulon progo DIY. Baru nggeh saya.
Terakhir ke Sendang Sono, saya kelas 3 SMA. Seperti biasa kalau ke Sendang Sono kita mengikuti doa Jalan Salib.
Pengalaman spiritual saya sangat tergugah sewaktu ikut doa jalan salib di Sendang Sono ini.
Sebelum tahun 1904, sendang ini lebih dikenal dengan nama Sendang Semagung, berfungsi sebagai persinggahan para bhikku yang ingin menuju daerah Boro, wilayah sebelah selatan Sendang Sono. Namun, sejak 20 Mei 1904 atau kedatangan Pastur Van Lith dan pembaptisan 173 warga Kalibawang menggunakan air sendang, tempat ini mulai berubah fungsi sebagai tempat ziarah umat Katholik.
Lalu pada tahun 1974 Â tempat ini dibangun tempat peziarahan umat katholik dengan di arsiteki oleh arsitek jempolan jebolan Jerman yang sekaligus seorang Pastor Katolik Almarhum Romo Jusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yg akrab dipanggil Romo Mangun.
Tempat ziarah Katholik ini, Â mendapat penghargaan sebagai kawasan dengan penataan lingkungan terbaik pada tahun 1991. Penghargaan ini diberikan oleh IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Lau pada tahun 2004, Keuskupan Agung Semarang (KAS) menetapkan Sendangsono sebagai momentum lahirnya Gereja Katolik yang berciri Jawa di Kalibawang dan sekitarnya
Memang karya karya arsitektur almarhum Romo Mangun selalu cemerlang. Yang juga fenomenal adalah pemukiman di sepanjang kali Code Jogya yg digagas Romo Mangun. Pemukiman ini sangat humanis dan layak huni dari sebelumnya yg sangat kotor dan tidak higienis.
Oh, Â ya almarhum Romo Mangun ini selain sebagai seorang Pastor dan arsitek, ia juga seorang penulis ulung. Trilogi Roro Mendut yg digubahnya sangat menarik dan mengalir untuk dibaca.
Dewasa ini orang mengunjungi Sendang Sono bukan hanya untuk  berziarah rohani,  tetapi banyak juga yg ingin "mengintip" karya arsitektur Romo Mangun di sana. Oleh sebab itu jangan heran kalau menemui beberapa pengunjung Sendang Sono ada yg berhijab.