Mohon tunggu...
Nuryaman Emil Hamzah
Nuryaman Emil Hamzah Mohon Tunggu... -

Anggota Forum Aktif Menulis (FAM)Indonesia, yang berdomisili di daerah Pandeglang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanti Kebangkitan Sultan Ageng Tirtayasa

6 November 2012   14:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:52 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jiwa, semangat serta pengorbanan Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan seorang pahlawan nasional dari Banten telah membuat Belanda gerah oleh perlawanan anak bangsa ini. Betapa tidak, selain perlawanan fisik yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa, karena kebijakannya dalam bidang ekonomi telah mampu menjadikan Banten sebagai pelabuhan dagang yang penting di Selat Malaka. Prestasi yang ditorehkan Sultan Ageng Tirtayasa ini telah memaksa Belanda memblokade Banten hingga akhirnya Belanda mampu memaksakan Banten mengadakan perjanjian dengan VOC.

Menyambut Hari Pahlawan 10 Nopember tahun ini, masyarakat Banten diharapkan sejenak menyimak betapa besar dan berharganya perjuangan yang telah dilakukan generasai pendahulunya terutama pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, sehingga Banten menyandang nama besar yang diperhitungkan dalam kancah perjuangan nasional saat itu dan dalam perjalanan setelah kemerdekaan. Masihkah saat ini Banten menyandang nama besar dan bagaimana masa depannya?

Sultan Ageng Tirtayasa yang namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi negeri di Banten ini adalah seorang yang tegas dan cakap dalam menjalankan roda pemerintahan serta mempunyai keberanian yang tinggi untuk mengusir Belanda dari Batavia. Jiwa kepemimpinan itulah yang sejatinya dimilki oleh para pemangku amanah jabatan di Banten saat ini.

Mewujudkan kerajaan Islam terbesar saat itu merupakan keinginan terbesarnya. Upaya yang dilakukan dalam mendukung keinginanya tersebut adalah menjabarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Sebagai pemangku jabatan di Kesultanan Banten, beliau berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan mencetak sawah-sawah baru dan membangun irigasi untuk pengairan danbisa difungsikan sebagai sarana transportasi.

Kebijakan seimbang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dalam membangun kesejahteraan bagi masyarakatnya, Sultan Ageng Tirtayasa menyadari betul akan tanggung jawabnya untuk membina keagamaan dengan menggalakkan pendidikan Islam baik di lingkungan kesultanan maupun masyarakat. Dengan kebijakannya tersebut, masyarakat Banten bukan hanya mempunyai kemampuan dalam bidang ekonomi tetapi juga memiliki agama yang kuat.

Penyangga Megapolitan

Pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1651 – 1683, Batavia atau Jakarta sekarang, merupakan pusat perdagangan yang dikuasai VOC. VOC memberlakukan monopoli perdagangan di Batavia. Melihat perkembangan Banten yang berangsur menjadi pelabuhan penting, VOC berusaha mematikan Banten dengan blokade dan perjanjian yang memberatkan Banten saat itu.

Kini Banten dihadapkan pada kenyataan sebagian wilayahnya menjadi daerah penyangga Ibukota yang telah meningkat menjadi kota Megapolitan. Sisi positif dan negatif menjadi daerah penyangga atau kota satelit bagi kota Megapolitan sudah pasti dirasakan. Kalau pada masa Sultan Ageng Tirtayasa dampak negatif dari Batavia adalah keserakahan Belanda untuk menguasai Banten, maka pada saat ini adalah dampak negatif kehidupan megapolitan.

Keberhasilan pengelolaan kota megapolitan akan dipengaruhi oleh seberapa besar peran serta daerah penyangga megapolitan itu dalam menangani masalah-masalah kota megapolitan. Oleh sebab itu Gubernur DKI Jakarta harus secara aktif melibatkan para pemimpin daerah penyangga ibukota, seperti dalam penaggulangan kemacetan, pemukiman, banjir, dll.

Menyikapi kenyataan tersebut ada dampak positif yang seharusnya didapat oleh Banten dalam pengelolaan kota megapolitan. Kalau pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, pada akhirnya terpaksa harus menandatangani perjanjian dengan VOC yang merugikan Banten, maka pada masa kini alangkah baiknya kalau disepakati sebuah MoU antara DKI Jakarta dan Banten yang saling menguntungkan. Keberhasilan ini tidak akan terlepas dari kemampuan dan kemauan Pemimpin Banten untuk bekerja demi kesejahteraan rakyatnya.

Pengelolaan Sumber Daya Alam

Sultan Ageng Tirtayasa pada masa pemerintahannya berusaha menciptakan kesejahteraan rakyatnya dengan mencetak sawah baru dan membangun irigasi. Kini, sebagian dari sawah yang berada di Banten telah menjadi komplek industri yang berdampak menghasilkan polusi serta pencemaran limbah cair yang mengotori saluran irigasi.

Bahkan hutan lindung di Provinsi Banten seperti dijelaskan oleh Kepala Dishutbun Provinsi Banten saat ini kondisinya kurang dari 30 persen. Sedangkan kerusakan hutan terus berlanjut. Kalau tidak ada langkah strategis dari Pemangku Jabatan di Proivinsi Banten, bencana akibat kerusakan hutan tinggal menunggu waktu.

Hari Pahlawan 10 Nopember tahun ini adalah moment terbaik bagi Pemimpin Banten untuk membangkitkan semangat perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam menata ulang pengelolaan wilayah Provinsi Banten yang berpihak pada kesejahteraan rakyat serta mampu membendung segala upaya dari pihak luar yang dapat merugikan masyarakat Banten.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun