Mohon tunggu...
Fallenpx
Fallenpx Mohon Tunggu... -

I'll write more if deemed necessary ;)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"Tank Medium", Benarkah Lebih Cocok Dibanding MBT di Indonesia?

28 Januari 2012   19:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20 10122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

III. Kategori Tank Modern.

III.a Tank Ringan/Intai dan Main Battle Tank.

Dalam dasawarsa 1950 dan 1960-an, konsep pembagian tank secara "klasik" seperti dijelaskan diatas mulai ditinggalkan seiring kelahiran konsep "Main Battle Tank (MBT)" atau bila di-Indonesiakan menjadi "Tank Tempur Utama". Konsep ini mengadopsi kemampuan mobilitas dan proteksi tank medium era PDII, digabungkan dengan meriam dengan kaliber besar yang dipakai di tank-tank berat masa itu. Konsep "tank ringan" di masa PDII tetap dipakai namun berubah fungsi menjadi kendaraan intai taktis. Tank ringan di masa sekarang sebenarnya tidak ditujukan sebagai kekuatan serang/pemukul dan bukan untuk menghadapi tank lawan karena perlindungan lapis bajanya yang tergolong ringan yang tak akan mampu bertahan terhadap gempuran senjata anti-tank atau meriam kaliber besar. Oleh karena itu untuk fungsi yang terakhir inilah konsep MBT diciptakan.

Dengan kata lain, dari beberapa kategori tank di era PDII, hanya tank ringan dan tank mediumlah yang berevolusi menjadi tank intai dan tank tempur utama (MBT) di masa sekarang. Jadi, opini-opini yang mengatakan bahwa TNI lebih baik diperlengkapi dengan "tank medium" bila diterjemahkan ke dalam kategori tank modern adalah sama halnya dengan Main Battle Tank, yang juga merupakan apa yang tengah diupayakan oleh jajaran panglima-panglima TNI.

Namun kemudian yang dipermasalahkan adalah berat MBT yang dinilai terlalu tinggi untuk medan disini dengan tidak mengacuhkan contoh-contoh seperti di negara-negara ASEAN lainnya. Seperti tank Leopard 2A4 yang digunakan oleh angkatan darat Singapura, PT-91 yang digunakan di Malaysia, M60A3 di Thailand, dan T-72 serta T-62 yang dipakai di Vietnam serta Myanmar. Bahkan Kamboja pun memiliki divisi lapis baja yang diperkuat dengan tank tempur utama T-55 buatan Uni Soviet. Menurut hemat mereka, hanya tank-tank dengan bobot sekitar 20 hingga 30an ton-lah yang layak dipakai disini, yang sekali lagi menunjukkan betapa opini tersebut seolah-olah mengindikasikan bahwa merekalah yang paling tahu mengenai kondisi medan dan taktik penggelaran tank dibandingkan TNI yang akan langsung menggunakannya sendiri.

III.b "Tank Medium" menurut para "pakar"

Tapi untuk berusaha melihat dengan lebih berimbang, mari kita lihat seperti apa sebagian contoh-contoh tank tempur dengan bobot maksimum hingga sekitar 30 ton, seperti yang diindikasikan oleh para "pakar" sebagai yang paling cocok untuk di Indonesia:

1. AMX-30

Tank ini dirancang tahun 1963 dan masuk ke dalam dinas aktif mulai tahun 1966 hingga sekarang. Berbobot 36 ton, dan di desain dengan sengaja mengorbankan proteksi untuk mendapatkan mobilitas tinggi. Jadi lapisan baja tank jenis ini tidak diharapkan untuk dapat bertahan menghadapi gempuran senjata-senjata anti tank baik itu berupa peluru kendali anti tank maupun proyektil meriam tank modern. Selain itu, teknologinya yang tergolong tua untuk ukuran sekarang juga tidak akan mampu menjawab tantangan perang modern yang akan dihadapi TNI di masa depan secara optimal.

2. T-54/55

Inilah salah satu tank tempur utama generasi pertama yang dirancang di Uni Soviet di tahun 1945. Mulai berdinas aktif di tahun 1950, tank berbobot 36 ton ini masih digunakan di beberapa negara. Selain itu, tank ini juga diproduksi di RRC dengan sebutan Type-59 dengan hasil yang mengecewakan sewaktu digunakan oleh tentara Irak dalam menghadapi serbuan lapis baja koalisi dalam Perang Teluk I di tahun 1991 lalu. Umur dan teknologinya yang cukup tua menempatkan tank ini satu generasi dengan tank AMX-13 yang dipakai TNI sejak tahun 1950-an atau awal 1960-an. Sama halnya dengan AMX-30 sebelumnya, teknologi yang dimiliki tank ini, tidak bisa diharapkan untuk bisa menjawab tantangan perang modern yang akan dihadapi TNI-AD ke depannya.

3. CV90120-T dan WPB Anders

CV90120-T adalah versi pengembangan dari IFV CV90 produksi Swedia. CV90 sendiri mulai memasuki dinas aktif di tahun 1993 namun versi dengan meriam 120mm baru diperkenalkan di tahun 1998. Paduan bobot yang relatif ringan (35 ton) dengan daya gempur meriam kaliber 120mm, mengingatkan akan konsep "Tank Destroyer" yang dipakai di Perang Dunia II. Namun sampai sejauh ini, masih belum diketahui apakah versi dengan meriam kaliber besar ini telah memasuki dinas aktif di negara pembuatnya dan/atau di negara-negara lain.

Karena dikembangkan dari IFV, dan karena fungsinya yang diutamakan sebagai pendukung gerak maju infantri, maka tank ini digolongkan ke dalam "Tank Ringan" dan biarpun dipersenjatai dengan meriam sekaliber meriam MBT, tetap tidak dimaksudkan untuk berhadap-hadapan beradu tembak langsung dengan MBT-MBT lain yang lebih berat karena lapisan baja yang dimiliki CV90120-T tidak didesain untuk mampu bertahan menghadapi gempuran meriam sekaliber itu.

WPB Anders buatan Polandia, yang menurut sebagian kalangan mengambil basis pengembangan dari IFV CV90 (yang juga dibeli oleh Polandia), memiliki berat 35ton dan dipersenjatai dengan meriam 120mm yang juga sama dengan yang dipakai di CV90120-T. Diperkenalkan di tahun 2010, Anders direncanakan akan mengganti IFV BMP-1 dalam inventaris persenjataan angkatan darat Polandia. Mengingat bentuk, senjata dan bobot yang serupa dengan CV90120-T, bisa diasumsikan bahwa penggelaran di lapangan dan keterbatasannya pun akan menyerupai dengan tank tersebut.

Selain dari beberapa contoh diatas, masih ada lagi Stingray, tank ringan berbobot 22,6 ton produksi Amerika yang hanya digunakan oleh Thailand (yang juga mengoperasikan MBT M60A3) dan TAM produksi gabungan Argentina-Jerman yang hanya digunakan oleh Argentina dengan mengambil basis dari IFV Marder buatan Jerman, disamping contoh-contoh lain yang tidak disebutkan disini.

III.c Realita penggelaran MBT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun