Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Poltik Prancis 2025: Bayrou Hadapi Mosi Tidak Percaya, Macron di Ujung Tanduk

8 September 2025   18:56 Diperbarui: 8 September 2025   18:56 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PM Prancis Francois Bayrou dan Presiden Emmanuele Macron (Sumber gambar: Meta AI)

Krisis ini menunjukkan betapa rapuhnya pemerintahan minoritas di tengah parlemen yang terfragmentasi

Prancis sedang berada di tengah krisis politik yang mengguncang stabilitas pemerintahan dan perekonomian negara. 

Perdana Menteri Francois Bayrou menghadapi mosi tidak percaya di parlemen, sebuah langkah yang ia ajukan sendiri untuk menguji dukungan terhadap rencana penghematan anggaran 2026 sebesar 44 miliar (sekitar Rp835,56 triliun). 

Rencana ini mencakup kebijakan kontroversial seperti pembekuan belanja kesejahteraan, pensiun, dan penghapusan dua hari libur nasional, yang sangat tidak populer di kalangan masyarakat Prancis.

Latar Belakang Krisis


Krisis ini bermula setelah pengumuman Bayrou pada 25 Agustus 2025, yang memicu reaksi keras dari partai-partai oposisi, baik dari sayap kiri maupun kanan, yang berjanji akan menjatuhkan pemerintahan minoritasnya. 

Oposisi melihat mosi tidak percaya ini sebagai peluang untuk mengakhiri pemerintahan Bayrou, yang baru menjabat sejak Desember 2024 setelah pengunduran diri Michel Barnier akibat mosi tidak percaya sebelumnya pada Desember 2024.

Defisit anggaran Prancis yang mencapai 5,8% dari PDB pada 2024---hampir dua kali lipat batas Uni Eropa sebesar 3%---menjadi pemicu utama ketegangan. 

Bayrou berargumen bahwa penghematan diperlukan untuk mencegah risiko utang yang berlebihan, dengan menyatakan, "Negara kita dalam bahaya, karena kita menghadapi risiko terlilit utang berlebih." 

Namun, kebijakan ini memicu kemarahan publik, dengan survei menunjukkan mayoritas rakyat Prancis (56%-69%) menginginkan pemilu baru dan banyak yang mendesak Presiden Emmanuel Macron untuk mundur.

Dampak Ekonomi dan Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun