Hari Slavery Remembrance Day harus menjadi pengingat bahwa penindasan masih nyata, meskipun bentuknya berbeda dari sejarah perbudakan klasik
Tanggal 23 Agustus dikenal sebagai Slavery Remembrance Day, hari untuk mengenang sejarah perbudakan dan perjuangan melawan penindasan.Â
Ironisnya, di abad ke-21, masih ada kelompok manusia yang mengalami penindasan ekstrem, salah satunya rakyat Gaza yang menghadapi blokade yang membatasi akses terhadap makanan, air bersih, listrik, layanan kesehatan, dan perlindungan dasar.Â
Artikel ini meninjau dampak sosial, ekonomi, dan psikologis blokade terhadap penduduk Gaza, serta implikasi moral bagi komunitas internasional.Â
Studi ini juga menekankan urgensi respon kemanusiaan global dan peran kesadaran moral dalam menghadapi ketidakadilan yang sistemik.
Pendahuluan
Slavery Remembrance Day adalah momen refleksi terhadap sejarah panjang penindasan manusia yang menekankan prinsip kemanusiaan universal: setiap individu berhak atas hidup layak dan kebebasan. Namun, saat ini di Gaza, prinsip-prinsip tersebut dilanggar secara sistemik.Â
Rakyat Gaza menghadapi blokade yang membatasi kebutuhan dasar mereka, termasuk:
1.Kebutuhan pokok:Â air bersih, makanan, dan energi listrik.
2.Akses layanan kesehatan:Â rumah sakit kekurangan obat-obatan, peralatan, dan tenaga medis.
3.Korban sipil:Â bayi, anak-anak, wanita, jurnalis, dan pekerja kemanusiaan menjadi target kekerasan.