Dunia mencibir perempuan yang marah,
tapi tak pernah dengar tangis mereka yang tinggal di reruntuhan sejarah
Ketika Donald Trump menyebut Greta Thunberg sebagai "wanita muda pemarah yang butuh bantuan psikologis," ia menyingkirkan makna sebenarnya dari kemarahan: kemarahan moral.Â
Bukan karena lemah, tetapi karena tidak ingin tinggal diam melihat dunia yang gagal bertindak.
Kemarahan sebagai reaksi sehat terhadap ketidakadilan
Greta, perempuan muda dari Swedia, hanya mendengar kabar dan melihat gambar---namun itu cukup membuatnya marah.Â
Maka bagaimana dengan perempuan Gaza yang mengalami sendiri pemboman, kehilangan anak, kehilangan rumah, kehilangan suami, dan hidup tanpa jaminan hari esok?
Studi trauma pada perempuan di zona perang
Penelitian dalam The Lancet Global Health (2023) menunjukkan bahwa perempuan yang hidup dalam zona konflik berkepanjangan mengalami tekanan psikologis berat, termasuk PTSD, depresi, dan bahkan gangguan identitas.Â
Namun, dalam kasus Palestina, tingkat bunuh diri tetap rendah---menunjukkan daya tahan spiritual dan iman yang luar biasa sebagai bentuk resistensi.
Jika Greta saja marah...
Greta menyuarakan keprihatinannya terhadap Gaza dari jarak ribuan kilometer.Â