Ketika dunia memperingati Holocaust atau tragedi Apartheid, maka Nakba harus dipahami sebagai tragedi sekelas yang belum pernah usai
Tanggal 15 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Nakba (al-Nakba berarti "malapetaka") oleh rakyat Palestina dan komunitas global yang menolak ketidakadilan kolonialisme modern.Â
Nakba merujuk pada tragedi 1948, ketika lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah air mereka saat pendirian Negara Israel.Â
Peristiwa ini bukan sekadar sejarah lokal, melainkan telah menjelma menjadi simbol global perlawanan terhadap pengusiran paksa, penjajahan, dan pengabaian hak asasi manusia.Â
Mengapa Nakba kini diperingati secara global? Apa signifikansinya dalam konteks kemanusiaan internasional?
Nakba sebagai Titik Awal Pengusiran Sistematis
Pengusiran warga sipil Palestina tidak hanya bersifat temporer. Ratusan desa dihancurkan secara permanen, dan warga Palestina hingga kini belum diperbolehkan kembali ke tanah kelahiran mereka.
Menurut PBB, lebih dari 5 juta pengungsi Palestina tersebar di seluruh dunia, menjadikan mereka salah satu populasi pengungsi terbesar dan terlama di dunia (UNRWA, 2023).
Transformasi Simbolik: Dari Isu Lokal ke Isu Global
Solidaritas terhadap Palestina kini hadir di berbagai belahan dunia, dari London, Cape Town, Jakarta, hingga Santiago.
Nakba telah menjadi simbol perjuangan anti-kolonial, penolakan terhadap apartheid, dan seruan atas hak-hak pengungsi serta perlawanan terhadap impunitas negara-negara besar.