Dampak perubahan iklim akan terus dirasakan secara tidak adil oleh masyarakat miskin, yang paling rentan terhadap bencana alam dan dampak lingkungan lainnya
Krisis iklim telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia di abad ke-21.Â
Pemanasan global, yang sebagian besar disebabkan oleh emisi gas rumah kaca, mengancam keseimbangan ekosistem, kelangsungan hidup manusia, dan keanekaragaman hayati di seluruh dunia.Â
Meskipun sebagian besar dampak perubahan iklim dirasakan oleh negara-negara berkembang, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kontribusi terhadap krisis iklim ini sangat tidak merata.Â
Sebanyak 10% orang terkaya dunia ternyata bertanggung jawab atas dua pertiga dari total emisi yang telah terjadi sejak 1990.Â
Fenomena ini tidak hanya menunjukkan ketimpangan dalam kontribusi terhadap perubahan iklim, tetapi juga mencerminkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Distribusi Emisi Global
Laporan terbaru dari berbagai lembaga penelitian, termasuk Oxfam dan Carbon Brief, menunjukkan bahwa 10% orang terkaya dunia menyumbang lebih dari dua pertiga (sekitar 67%) dari total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan.Â
Sementara itu, sebagian besar populasi dunia, terutama mereka yang berada di negara-negara miskin, memiliki jejak karbon yang jauh lebih kecil.Â
Hal ini menggarisbawahi fakta bahwa meskipun negara-negara berkembang dan masyarakat kurang mampu merasakan dampak terbesar dari krisis iklim, mereka tidaklah menjadi kontributor utama terhadap kerusakan yang terjadi.Â
Ketimpangan ini dapat dilihat jelas dalam konsumsi energi, penggunaan transportasi pribadi, konsumsi barang mewah, dan bahkan investasi di sektor-sektor yang bergantung pada bahan bakar fosil.