Tanpa adanya regulasi yang ketat, perlindungan yang memadai, dan transparansi yang tinggi, proyek-proyek ini bisa menjadi sumber ketidakadilan dan eksploitasi
Dalam beberapa dekade terakhir, negara berkembang, termasuk Indonesia, sering menjadi lokasi untuk uji coba vaksin dan teknologi medis baru.Â
Keputusan ini sering kali didorong oleh biaya yang lebih rendah untuk melakukan penelitian serta kurangnya infrastruktur medis yang dapat mengimbangi biaya pengujian di negara maju.Â
Meskipun uji coba medis di negara berkembang dapat menawarkan manfaat potensial dalam hal akses ke teknologi medis yang lebih baik, ada banyak isu etika dan risiko yang perlu diperhatikan.Â
Salah satunya adalah potensi dampak negatif jangka panjang yang bisa dialami oleh individu yang terlibat dalam uji coba, serta kurangnya jaminan atau perlindungan bagi mereka.
Tantangan Negara Berkembang
Negara berkembang sering kali menghadapi tantangan besar dalam hal kesehatan masyarakat, seperti penyakit menular, kurangnya akses ke pengobatan yang tepat, dan infrastruktur medis yang terbatas.Â
Di sisi lain, mereka juga sering kali menjadi sasaran bagi uji coba vaksin atau obat-obatan baru, yang dapat menimbulkan kekhawatiran terkait eksploitasi dan ketidakadilan.
Keputusan Perusahaan dan Pemerintah
Sering kali, negara-negara dengan populasi besar dan akses terbatas ke teknologi medis menjadi lokasi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan farmasi dan lembaga penelitian internasional untuk melakukan uji coba, mengingat biaya yang lebih rendah dan kebutuhan akan solusi cepat untuk masalah kesehatan.