Narasi kemanusiaan seharusnya bersifat universal---melindungi siapa pun tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata sementara dalam konflik dengan Ukraina untuk memperingati Hari Paskah (kompas.com, 20/04/2025).
Vladimir Putin---dengan segala kontroversinya---mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan di masa Paskah demi memberi ruang aman bagi warga sipil merayakan hari suci.Â
Tapi di sisi lain, yang terjadi di Palestina justru berbanding terbalik: pada bulan Ramadhan dan saat Idul Fitri lalu , pasukan Israel justru melancarkan serangan bahkan ke wilayah yang dijadikan tempat perlindungan, seperti kamp pengungsi, rumah sakit, hingga masjid
Dalam dunia politik global, narasi kemanusiaan seharusnya bersifat universal---melindungi siapa pun tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan.Â
Namun realitanya, standar ganda sering terjadi. Salah satunya tercermin dalam perlakuan dunia terhadap konflik Rusia-Ukraina dibandingkan konflik Israel-Palestina.
Komparasi Kasus Rusia dan Israel
Rusia mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan saat Paskah, sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan dan perlindungan terhadap warga sipil, meskipun konfliknya bersifat geopolitik dan militer.
Israel justru melanjutkan serangan ke wilayah Gaza bahkan saat umat Muslim merayakan Ramadhan dan Idul Fitri, termasuk pengeboman kamp pengungsi dan rumah ibadah. Laporan dari berbagai LSM internasional menyebutkan bahwa lebih dari 30.000 warga sipil gugur, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Reaksi internasional terhadap kedua kasus ini pun jauh berbeda. Rusia disanksi dan dikutuk habis-habisan, sementara Israel sering mendapat pembelaan, terutama dari negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.