Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Genosida, Penyebab Anak-Anak Palestina Bersikap Agresif

24 Maret 2024   13:43 Diperbarui: 24 Maret 2024   13:43 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah Palestina diantara reruntuhan bangunan yang dibombardir IDF (pic: middleeastmonitor.com)

Lebih dari 31 ribu warga Palestina telah tewas, 10.600 diantaranya adalah anak-anak. Mereka yang masih hidup berjuang melawan kelaparan dan sikap semena-mena IDF

Berita penikaman yang dilakukan bocah Palestina berusia belasan tahun terhadap tentara IDF, hingga sekarat, tampaknya bukan hal yang mengejutkan. Sebab perlakuan kasar dan tak manusiawi tentara Israel terhadap banyak bocah Palestina sudah menjadi makanan sehari-hari baik di Jalur Gaza, Rafah, ataupun Tepi Barat.

Meskipun di satu sisi jelas menunjukkan suatu kengerian yang dilakukan anak-anak, yang seharusnya dalam kestabilan emosi karena penjagaan keluarga. Tetapi jelas kita tidak bisa menyalahkan hal tersebut begitu saja, sebab apalah artinya beberapa nyawa tentara IDF yang  tewas ditikam bocah, bika dibandingkan puluhan ribu nyawa anak-anak Palestina yang mati muda akibat dibombardir oleh militer Zionis.

Bahkan yang menjadi pemandangan miris adalah perlakuan tentara IDF terhadap para bocah pengungsi kelaparan dan tak memiliki keluarga tersebut. Misalnya saat anjing galak sengaja dilepas agar  menyerang bocah empat tahun hingga mengakibatkan luka-luka mengerikan. Ataupun kejadian lain, saat bocah-bocah Palestina tewas diberondong senjata api IDF tanpa ampun. 

Perilaku IDF contoh buruk bagi anak-anak Palestina

Contoh kekejian perilaku para tentara IDF , notabene orang dewasa, yang seharusnya memiliki perilaku positif namun ternyata negatif. Menjadi contoh tak terduga yang tertanam dalam benak bocah-bocah Palestina. Sehingga bisa ditebak, mereka melakukan hal serupa sebagai sinyal pembelaan diri.

Tetapi tampaknya komunitas internasional telah terbiasa dan memaklumi segala kelakuan kerdil dan kesewenang-wenangan Israel saat merampas hak warga Palestina, terutama anak-anak. Sehingga hal tersebut menjadi contoh buruk bagi para bocah yang tertindas dan teraniaya.

Pembantaian yang dilakukan tentara Israel, bak pencabut nyawa yang tak kenal tempat dan waktu, membombardir seluruh wilayah Palestina, termasuk Rafah. Hingga tak ada tempat aman lagi bagi anak-anak. Mungkin beberapa dari mereka masih hidup, namun terjebak dalam reruntuhan bangunan hingga mati perlahan. Bahkan banyak dari mereka meninggal kelaparan, atau pun malnutrisi, akibat bantuan pangan yang selalu dihalangi negara Zionis ini.

Komunitas dan lembaga-lembaga Internasional tampaknya sudah selalu memaklumi dan tak bisa berbuat apa-apa dengan segala hal yang diperbuat Israel. Menyalahkan tapi membiarkan, hingga akhirnya menjadi kebiasaan. Demikian juga dengan tewasnya puluhan ribu anak-anak Palestina, setiap hari hanya seperti sebuah berita basa-basi yang menghantarkan warga dunia tidur nyenyak dalam mimpinya.

Namun ketika salah satu diantara anak itu bangkit dan beraksi melawan, berani menikam tentara IDF, barulah dunia terkejut. Sebagian memaklumi tindakan yang diambil, tapi sebagian lagi menyalahkan, hingga memberi pembelaan terhadap Israel yang sekian waktu selalu sibuk menangkapi anak-anak Palestina. Hmmm.... tentara kok beraninya cuma ama anak-anak kecil ya?

Bisa dibayangkan, mengapa bocah yang seharusnya usia sekolah namun malah justru menikam dan keluyuran? Jelas ini hanya sebuah pertanyaan bodoh. Sebab sudah jelas jawabannya, anak itu tidak dapat bersekolah karena gedung-gedung sekolah di Gaza telah hancur dibombardir Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun