Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Remaja Pemberontak, Penyebab dan Cara Mengatasinya

7 Agustus 2022   19:43 Diperbarui: 7 Agustus 2022   19:47 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi remaja pemberontak (pic: div123.org)

Diperlukan cara bagi orangtua dalam menghadapi berbagai problema anak yang tumbuh remaja sebab bila lalai akan berbuah penyesalan akibat mereka  direngkuh orang lain yang tak bertanggungjawab dan menyesatkan

Banyak orangtua merasa putus asa dan patah arang saat menghadapi sikap anak-anaknya yang telah tumbuh remaja. Sikap para remaja berusia tanggung ini kerap membingungkan sekaligus menjengkelkan. Dibiarkan salah, ditangani malah bertambah parah.

Masa bahagia orangtua adalah saat anak-anaknya lahir ke dunia. Suasana rumahtangga yang semula sepi dan berdua saja, kemudian berubah dengan keceriaan ketika anak buah kasih sayang terlahir.

Bahkan bukan hanya orangtua yang merasa bahagia, setelah sebelumnya hanya disebut pengantin, ketika telah menghadapi kelahiran anggota baru dalam kehidupan rumahtangganya akan memperoleh julukan ayah ibu, sungguh hal yang ditunggu-tunggu dan menjadi keinginan hati. Demikian juga julukan yang disematkan pada orangtua pengantin, yakni kakek nenek, ataupun saudara-saudara dari si pengantin, dengan julukan paman dan bibi.

Semua julukan baru tersebut menjadi sumber pengakuan dan kebahagiaan tersendiri, sebagai simbol identitas terbaru adanya kelahiran generasi penerus pembawa nama besar keluarga. Namun seiring waktu, bayi itu tidak akan selamanya tetap menjadi bayi, ia akan beranjak menjadi balita, anak-anak, hingga kemudian mencapai fase perubahan menuju dewasa, yakni remaja.

Penyebab kelakuan remaja menjengkelkan


Anak-anak yang beralih menjadi remaja kerap menjengkelkan dengan perilakunya. Orangtua yang kurang memahami perubahan ini, apalagi bila kurang mendalami psikologi dan kejiwaan remaja, maka dapat mengakibatkan naiknya darah hingga ke ubun-ubun akibat emosi yang tak terkendali dalam menghadapi remaja.

Lalu, mengapa kelakuan remaja bisa sedemikian menjengkelkan?

Pencarian identitas

Masa remaja adalah masa perubahan dari dunia anak-anak menuju dewasa, itulah kenapa remaja sering kebingungan dengan hal ini. Karena kebingungan, apalagi bila tidak ada contoh positif dari lingkungan sekitarnya, maka boleh jadi mereka asal comot meniru kepribadian tokoh idolanya. Mungkin tidak menjadi masalah bila positif, namun bila yang terjadi sebaliknya, yakni negatif,dan bertentangan dengan norma-norma, hal inilah yang kerap menjadi sumber benturan dan pertengkaran antara orangtua dan anak. Orangtua merasa kelakuan anaknya kurang ajar, sementara anak menganggap sikap orangtua terlalu kolot terhadap sikap yang dipilihnya.

Pengaruh pacar

Terkadang anak-anak yang telah beralih ke usia remaja memiliki pacar. Entah bagaimana caranya mereka bisa memiliki pacar, namun orangtua tidak akan tahu bagaimana pintarnya mereka merahasiakan cerita, hingga memiliki seseorang yang mereka anggap sebagai teman terpercaya.

Bagi remaja , pacar adalah teman terpercaya yang sangat mereka banggakan. Bahkan karena begitu percayanya, terkadang justru mereka lebih suka mengumbar segala rahasianya pada pacar daripada ke orangtuanya sendiri.

Pengaruh pergaulan terkadang membuat para remaja, baik karena terpaksa ataupun suka rela harus memiliki pacar, mungkin malu disebut jomblo, atau gengsi bila diketahui teman-temannya belum laku. Akibat hal tersebut, membuat mereka menempuh cara apapun agar memiliki suatu aset berharga yang disebut pacar.

Bagi sebagian orangtua mungkin hal ini agak mengkhawatirkan, sebab ditakutkan akan menyerempet ke hal yang melanggar norma-norma. Namun bagi remaja, hal tersebut adalah sebuah tantangan dan keindahan kehidupan yang harus diperoleh.

Jika remaja memperoleh pacar yang mematuhi norma-norma mungkin tak membewa permasalahan besar, namun bila si pacar justru mempengaruhi negatif, maka yang mendapat imbasnya adalah orangtua. Tetapi sayangnya si remaja terkadang tak pernah mempedulikan perasaan orangtua yang membesarkannya dengan susah payah, bahkan justru kadang lebih memihak kekasih yang baru dikenalnya beberapa waktu.

Orangtua otoriter

Memang tidak mudah untuk menjalani posisi sebagai orangtua, sebab bila memilih sikap keras pada anak, maka akan tergolong orangtua dengan tipe otoriter. Namun bila terlalu sabar, ustru dikhawatirkan si remaja akan salah jalan.

Kesabaran ekstra tinggi dalam menghadapi remaja tidak sepenuhnya salah, karena sikap otoriter yang dipilih orangtua terkadang dapat menjadi bumerang yang akan membuat anak kian menjauh dari orangtua, sebab khawatir menjadi bulan-bulanan kesalahan.

Salah pergaulan

Terkadang remaja dalam memilih teman berdasar kecocokan sifat dan identitas. Namun sebagan lainnya adalah akibat kekhawatiran bila tidak mempunyai teman, bahkan bisa juga karena dipaksa dalam sebuah pertemanan karena bertemu sosok yang ditakuti banyak pihak.

Saat remaja salah pergaulan,maka imbas yang paling merasakan hal tersebut adalah orangtua. Anak yang sebelumnya sangat manis dan penurut, tiba-tiba berubah menjadi pemberontah, pembantah, dan tukang caci-maki.

Perubahan hormon

Perubahan hormon yang dialami anak-anak menjelang remaja, membuat sifat dan pembawaan mereka juga berubah. Beberapa remaja mengalami perubahan drasis, namun ada pula yang berubah perlahan, bahkan ada juga yang tidak mengalami perkembangan sama sekali

.Bagi remaja dengan pertumbuhan secara normal, sudah pasti akan mendapat guyuran hormon yang mengagetkan. Akibatnya muncul beragam perubahan pada suara dan bentuk tubuh. Bahkan bukan hanya fisik, kepribadian mereka pun perlahan mengalami perubahan.

Cara mengatasi remaja pemberontak

Sedemikian rumitnya permasalahan yang harus dihadapi orangtua di saat anaknya tumbuh menjadi remaja. Keinginan sebagian besar orangtua adalah  memiliki anak yang selamanya manis dan penurut. Namun seiring berjalannya waktu, anak tumbuh dengan keinginannya sendiri, sehingga kadang memberontak dan melawan.

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua dalam menghadapi anak-anak yang berubah menjadi remaja dengan sifat pemberontak tersebut?

Bersabar

Orangtua sebagai pihak yang lebih dewasa memang dituntut kesabaran tinggi mneghadapi remaja dengan perilaku yang kadang menjengkelkan tersebut.

Upaya ini perlu ditempuh sebab orangtua adalah sosok matang dengan kepribadian yang telah stabil sebab telah menemukan jati diri. Sebaliknya, remaja adalah sosok pencari identitas yang masih labil dan gampang goyah. Jika orangtua menghadapi remaja tanpa kesabaran, maka dapat ditebak akan terjadi pertentangan berkelanjutan yang tak ada habisnya.

Nasehati tanpa terkesan mengkhotbahi

Bukan hal salah bila harus menasehati makhluk ciptaan Tuhan berusia tanggung tersebut, tapi harus dipilih cara paling bijaksana dalam memberikan nasehat. Sebab bila tidak demikian, maka nasehat orangtua hanya akan lewat begitu saja. Ibarat masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Hargai keinginannya

Tidak ada salahnya bila sesekali membiarkan apa yang dimaui remaja, sebab terkadang sikap mereka sangat memaksakan pendapatnya. Keras kepala bukan hal baru, orangtua tidak akan mudah menghadapinya. 

Menempuh cara dengan membentak atau menamparnya tidak akan menyelesaikan masalah, justru cara ini akan mendatangkan masalah sebab negara kita memberlakukan Undang-undang perlindungan anak. Suatu aturan yang bertujuan positif untuk melindungi keselamatan seluruh anak Indonesia tanpa pandang bulu, hingga anak yang menurut pendapat orangtuanya kurang ajarpun juga terlindungi.

Orangtua dengan konsekuensi siap menanggung segala resiko karena memiliki anak, sudah pasti harus memiliki ketenangan dan kesabaran tingkat tinggi. Sehingga ketika berhadapan dengan anak keras kepala yang memusingkan hati, perlu untuk melakukan tindakan biarkan saja, acuhkan, biarkan mereka berpikir dengan konsekuensi perilakunya, bahwa orangtua juga bisa tak peduli.

Mohonkan doa 

Ketika segala cara telah dirasa buntu, orangtua akan merasa frustasi dan sedih. Bahkan terkadang menyalahkan diri sendiri, seperti anggapan terlalu sibuk bekerja, salah mendidik anak, dan merasa menjadi orangtua yang gagal. Padahal disisi lain si anak remaja tetap tidak peduli dengan kegalauan hati yang dirasakan orangtuanya.

Menghadapi hal seperti di atas, maka tak ada cara lain, selain kembali pada Tuhan sebagai pencipta si anak, yang membolak-balikkan jiwanya. Berdoa dan bersandar pada Tuhan, memohon kekuatan dan bimbingan-Nya dalam merawat dan membesarkan anak. Seberapapun kesalahan orangtua dalam merawat dan mendidik anak, Tuhan akan senantiasa membantu untuk meluruskannya kembali, sebab doa orangtua adalah yang terdahsyat di mata Tuhan.

Ketika usaha manusia sudah tidak membuahkan hasil, ketika segala cara demi meluruskan anak tak memberi jawaban memuaskan, malah memeras air mata dan membakar api dalam dada, maka mempercayai Tuhan tidak akan menyia-nyiakan seluruh pahala dari perbuatan mulia orangtua dalam merawat dan membesarkan anak. 

Memang sangat tidak mudah menghadapi perilaku anak remaja, karena mereka selain masih mencari identitas diri, emosinya pun juga belum stabil. Akibat ketidakstabilan ini terkadang membuat banyak orangtua merasa putus asa. 

Bila di daerah-daerah pinggiran, dengan tingkat ekonomi masyarakat pas-pasan, yang membuat orangtua harus jungkir balik mencari uang, sementara disisi lain anak remajanya tidak memahami kelelahan ini. Membuat orangtua tak sempat lagi memikirkan keadaan labilnya emosi anak, bahkan kadang tak memperhatikan dengan siapa anak-anak mereka bergaul. Sehingga tak heran bila kemudian banyak remaja-remaja yang tertangkap aparat keamanan akibat ikut-ikutan melakukan perbuatan kriminal.

Sementara tak berbeda jauh dengan daerah pinggiran, para orangtua yang tinggal di daerah elit, karena sibuk mencari uang, tanpa mempedulikan kondisi psikis anak, tak pernah tahu dengan siapa anak bergaul, maka boleh jadi anak terjerumus pada pergaulan salah yang menabrak norma-norma, seperti free sex dan narkoba.

Diperlukan kesabaran tingkat tinggi, ketelatenan, dan keikhlasan dari orangtua dalam merawat dan membesarkan anak-anak. Namun percayalah, dibalik semua itu, Tuhan tidak akan menyia-nyiakan usaha baik orangtua.

Anak bukan hanya sebagai anugerah terbaik dari Tuhan, tapi mereka juga bisa menjadi ujian permasalahan yang dapat mendatangkan pahala tersendiri bagi orangtua. Diperlukan kekuatan dan kesabaran orangtua dalam menghadapi berbagai problema tersebut, sebab jangan karena lalai terhadap anak yang tumbuh remaja, akhirnya berbuah penyesalan saat mereka lepas direngkuh oleh orang lain yang tak bertanggungjawab dan menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun