Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cancel Culture, Bukan Artisnya, tapi Perilaku Amoralnya

11 September 2021   09:11 Diperbarui: 11 September 2021   09:16 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi amoral (pic: the companion.in)

Kebutaan itulah yang membuat si gadis berani melawan orangtu yang telah membesarkan, membersihkan kotorannya sewaktu bayi, dan membanting tulang mencari nafkah. Si gadis rela melupakan semua jasa orangtuanya demi pemuda yang baru dikenalnya sesaat, yang belum jelas latar belakang dan asal-usulnya.

Pergilah sang gadis dari rumah dengan angan-angan serta harapan yang membumbung tinggi. Namun apa yang terjadi sebulan kemudian, pemuda itu telah mencampakkannya, bahkan menawarkan si gadis pada pria hidung belang dengan alasan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua, yang tentunya dengan ancaman akan memutuskan cinta bila menolak. Sekali lagi si gadis yang sudah sangat tergila-gila terjebak dalam cinta tak berujung, rela menjual diri hingga tubuhnya remuk redam. 

Puncak pengorbanannya berakhir setelah pada suatu malam menjumpai kenyataan bahwa pemuda yang dicintainya tetnyata penyuka sesama jenis. Dunia terasa gelap, hancur lebur hatinya, segalanya telah terjadi, terbayang wajah orangtua yang sedemikian baik telah disakitinya. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, kemana lagi dia akan kembali kalau tidak ke orangtuanya? 

Akhirnya orangtua yang berhati tulus kembali menerima pulang anak yang hilang,  sekian waktu berani melawan, durhaka dan mennggalkannya. kini datang tidak sendiri, bersama bayi dalam kandungannyya. Sungguh malang nasib orangtua seperti itu, bukan hanya terbebani keadaan anak, namun bertambah beban bayi tak berdosa dalam kandungan anaknya yang tak jelas siapa bapaknya.

Demikian juga yang terjadi pada masyarakat kita, mengelu-elukan siapapun yang baru keluar dari penjara tanpa melihat atau bahkan tak mau tahu dengan masa lalu amoralnya. Sama persis seperti Saiful Jamil saat keluar dari penjara, atau juga Ariel vokalis sebuah band yang dipenjara karena masalah amoral, justru malah penggemarnya menangis meraung-raung tak rela tokoh idolanya dipenjara, tanpa sedikitpun berpikir alasan yang melatarbelakangi pemenjaraannya.

Amoral jangan dianggap enteng

Masalah pelecehan, korupsi, perbuatan cabul, perzinahan dan sejenisnya adalah hal krusial yang tidak bisa dipandang sebelah mata, tidak bisa dianggap enteng begitu saja, sebab akan merusak sendi-sendi kehidupan terutama moral bangsa. Jika kelaparan saja bisa membuat bangsa menjadi penjarah, apalagi kalau ditambah moralnya amburadul, maka kehancuran yang datang akan lebih maha dahsyat. 

Saat segalanya dianggap boleh, tidak ada perbedaan antara kebaikan dan keburukan, maka hukum rimbalah yang akan terjadi. Sehingga asal muasal sebuah uang tak dipermasalahkan, sebab yang dilihat hanya uang, tak peduli sumbernya, apakah merampok, korupsi, prostitusi, ataupun hal-hal amoral lainnya. 

Karena hukum rimba yang berlaku, maka siapa yang kuat ekonominya akan berkuasa, terjadilah hukum mafia, contoh yang paling mudah adalah di Italia, Meksiko, dan Columbia. Bagaimana para mafia narkoba bisa berlalulalang berkuasa di negara itu, sebab mereka raja uang, yang menjadi raja adalah uang, tak peduli dihasilkan dari apapun.

Negara kita masih memiliki aturan, dan masyarakatnya masih mematuhi norma-norma, itulah kenapa mereka akan risih dan terganggu ketika melihat hal yang amoral  terjadi, mereka akan segera melakukan blokade demi keselamatan anak cucu serta generasi mendatang.

Bahkan dalam aturan kenegaraan seperti Pemilu, calon anggota legislatif tidak boleh mantan koruptor, apalagi mantan pelaku pelecehan seksual, sebab kerusakan moral dan perilaku terbukti sangat sulit memperbaikinya. Memang kita tidak boleh menafikkan tobat, sebab hal itu adalah urusan Tuhan, tapi tidak bisa dipungkiri sisi manusiawi kita mengatakan tobat memerlukan bukti, dan bukti perlu proses waktu. Mungkin tiulah yang menjadi alasan bahwa mantan napi koruptor bisa mencalonkan diri menjadi caleg setelah jangka waktu lima tahun, bisa jadi lima tahun cukup menjadi jeda waktu tobatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun