Mohon tunggu...
Faliq Ayken
Faliq Ayken Mohon Tunggu... lainnya -

A big fan of Manchester United, amateur reader-writer, blogger, fiksiminier, meatball addict, and mellophone-trumpet player.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aliran Kopi

9 Februari 2014   03:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Faliq Ayken

Pada tengah malam aku melihatnya penuh tanya
Mengapa ia selalu bangun dan langsung menuju dapur?
Apakah di sana ia akan menemui kekasihnya?
Atau hanya ingin bermeditasi melanjutkan tafakur demi tafakur?

Setelah kulihat, kutemukan jawaban tanpa kepastian
Di tangan kirinya ada secangkir kopi imajinasi
Di tangan kanannya, air puisi segera dituangkan
"Aku ingin kau yang mengaduk kopi ini," katanya dengan santai
Minumlah segera. Untuk apa? Untuk luka-lukamu yang belum terobati

Tegukan pertama tersesat, alirannya tersendat
Puisi-puisiku tak mengalir dengan cepat
Katanya, "Tanpa kopi, secangkir imajinasi tiada puisi"
"Malam dan secangkir kopi adalah sahabat paling hangat
untuk menemanimu berpuisi."

Lagi-lagi kopi, puisi-puisi tak basa-basi
Lagi-lagi puisi, luka-luka terobati

2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun