Mohon tunggu...
fals
fals Mohon Tunggu... swasta

suka tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Olok-olok 3 Anak TJKT

19 September 2024   07:59 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:20 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 anak TJKT di Lab dibuat via Imagine AI

Dua pelajar yang terkenal selalu ribut dan berolok-olok satu sama lain di kelas XII TJKT (Teknik Jaringan Komputer & telekomunikasi) siapa lagi kalau bukan Sando dan Arpan. Keduanya memang lagi bersaing ketat untuk mendapatkan perhatian dari seorang gadis sekelasnya yaitu Mira, yang terkenal dengan senyum yang renyah dan sikap ramahnya.

Sando adalah tipe cowok yang selalu merasa lebih pintar dan suka mengolok-olok Arpan dengan ejekan yang cerdas, sementara Arpan, yang sedikit lebih santai dan humoris, selalu punya cara untuk membalas olokan Sando dengan candaan yang membuat semua orang tertawa.

Setelah jam pak Haris Ruminto  dengan materi praktik senam, mereka berdua mencari minum di kantin sekolah, sambil menyantap "Kebab Premiun" di counter Smakensa Burger kegemaran mereka. Sando dan Arpan duduk berhadapan sambil menunggu Mira datang. Mereka sudah siap dengan olokan-olokan yang akan dilontarkan.

"Aku yakin, kalau otakmu diisi data, yang keluar pasti cuma '404: Error, brain not found,'" ejek Sando sambil tertawa.

Arpan mengangkat alisnya, "Wah, otakmu sendiri kalau dihubungkan ke Google, yang keluar cuma satu jawaban: 'Mohon maaf, kueri tidak valid.'"

Sando terbahak, tapi sebelum ia bisa membalas, Mira muncul dan langsung duduk di antara mereka. "Saya pesan Burger Premium ya mbak Lin", katanya kepada mbak penjual itu, sambil ngeloyor ke counter sebelahnya untuk pesan teh Leci. Dia tersenyum manis sambil menatap keduanya lalu duduk di kursi berhadapan dengan kedua anak itu. Ada debaran jantung ke 2 anak itu jika ketemu Mira, Mira betul-betul gadis cantik, energik, menarik dan gak sakit hatian. Benar-benar selera mereka berdua pada gadis kok bisa sama ya?.

"Kalian ini, berdua aja masih ribut soal hal-hal konyol?" Mira menggelengkan kepalanya. "By the way, aku baru dapet kabar nih, katanya otak kalian dua ini bakal jadi bahan percobaan laboratorium, soalnya ilmuwan ingin tahu gimana caranya manusia bisa tetap hidup tanpa pakai otak."

Sando dan Arpan terdiam sejenak, lalu tertawa keras. "Oke, yang ini kamu menang, Mir," ujar Sando.

"Duh, kalau kayak gini terus, bisa-bisa kita dipecat dari tim olok-olok," tambah Arpan sambil menyenggol lengan Mira.

Seiring waktu, mereka bertiga makin sering menghabiskan waktu bersama. Sando dan Arpan terus berusaha menarik perhatian Mira, tapi alih-alih merasa terganggu, Mira justru senang bermain-main dengan mereka. Setiap hari ada saja olok-olokan baru yang membuat mereka tertawa.

Hari Rabu jam istirahat, saat mereka bertiga sedang duduk di bawah pohon beringin, Sando mencoba menyusun olokan baru. "Mir, kalau Arpan itu hewan, dia pasti jadi kura-kura. Lambat mikir, lambat bergerak, tapi tetap ngeyel."

Arpan tak mau kalah. "Sando itu pasti lumba-lumba. Pinter, tapi sukanya muncul di tempat-tempat yang gak perlu, bikin heboh tanpa alasan."

Mira tertawa terbahak-bahak, "Kalian berdua ini, tahu gak, kenapa aku senang sama kalian? Soalnya kalian bikin hidup di sekolah ini jadi lebih seru. Tapi jangan lupa, kalian berdua itu sama-sama ngerepotin. Kalau aku lagi sibuk, kalian malah bikin keributan!"

Akhirnya, mereka bertiga menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Tidak ada lagi persaingan, hanya tawa dan olokan yang membuat hari-hari mereka di sekolah lebih berwarna. Setiap kali mereka bersama, selalu ada candaan baru yang mengocok perut.

Pada sesi masuk laboratorium TJKT, saat mereka bertiga sedang mengerjakan tugas merakit komputer dari pak Rasyid mereka masih sempat olok-olok, betul-betul TJKT banget gaya olokan mereka.

Sando sambil menatap layar komputer berkata, "Pan, gimana sih caranya kamu bisa hidup kalau prosesornya kayak Pentium II? Lemot banget mikirnya!"

Arpan dengan senyum liciknya menjawab, "Lemot gak masalah, yang penting stabil. Daripada kamu, San kayak komputer overclocking, cepet panas terus ngadat!"

Mira tertawa mendengar mereka,  "Sando, Arpan, kalian tuh kayak dua virus yang saling berusaha nge-crash sistem otakku deh."

Sando sambil nyengir langsung komen, "Kalau aku virus, pasti aku virus canggih, yang cuma bisa dimatiin sama antivirus premium! Arpan mah, paling-paling jadi malware gratisan yang gampang kehapus!"

Arpan tidak mau kalah dan langsung membalas dengan cepat, "Hah! Sando, kamu itu ibarat software bajakan. Kelihatannya keren, tapi gak lama pasti kena blacklist!, ha ha ha"

Mira tergeleng -- geleng  sambil tersenyum, "Kalian tahu nggak? Kalau aku ini firewall, kalian pasti langsung ke-detect sebagai ancaman berisiko tinggi."

"Ah, kalau gitu Arpan pasti file corrupt yang langsung aku quarantine! Biar gak nyebarin error di mana-mana" ujar Sando.

"Haha, Sando Sando. Kamu itu ibarat RAM kecil. Multitasking dikit, langsung nge-lag!

Mira pun tertawa terkekeh, "Eh, ngomong-ngomong soal RAM, Sando kamu tahu nggak, kalau kamu sering disconnect, mungkin RAM-nya kurang kali ya? Butuh upgrade tuh!"

"Hah, Mira, kamu jangan salah. Aku ini udah kayak SSD, cepat, responsif, dan hemat energi!", ujar Sando.

Arpan menyahu cepat, "SSD? Paling juga SSD abal-abal, baru dipakai setahun langsung bad sector!"

Mira menertawakan keduanya, "Kalian ini, aku rasa kalian lebih mirip dua driver yang gak compatible satu sama lain. Bikin sistem crash terus!"

Sando akhirnya melunak, "Yaudah, daripada ngotot-ngototan, gimana kalau kita install ulang aja pertemanan ini? Biar semuanya clean dan bebas bug!"

Arpan juga melunak, "Setuju! Tapi yang penting, jangan lupa backup file-file penting, kayak momen-momen kita saling olok-olok ini."

Mira pun mengakhiri olok-olok dengan tertawa, "Hahaha, ya, file-file olok-olok itu jangan sampai hilang. Siapa tahu nanti kita butuh untuk ngolok-ngolok lagi di masa depan!"

Mereka bertiga pun tertawa bersama, menutup sesi olok-olok mereka dengan suasana yang penuh canda. Meskipun sering saling mengejek, persahabatan mereka semakin kuat dengan setiap olok-olokan yang dilontarkan. Meski Sando dan Arpan pernah bersaing demi perhatian Mira, pada akhirnya mereka sadar bahwa persahabatan mereka lebih penting dan lebih berarti. 

Mereka bertiga terus bersahabat hingga lulus sekolah, dan setiap kali mengingat masa-masa itu, mereka selalu tertawa bersama. Persahabatan mereka menjadi bukti bahwa dalam setiap persaingan, ada hal-hal yang lebih berharga dari sekadar menang atau kalah yaitu tawa dan kebersamaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun