Diujung sana penantian disematkan, harapan-harapan yang terus menguap bak kepulan asap pabrik-pabrik pemilik modal.
Di sini, kita merapalkan mantra-mantra ideal, menyusun pazel-pazel Negara yang tercerai berai.
Kesenjangan, pelanggaran Ham, penggusuran, pelecehan, dan kesejahteraan yang masih dalam kalimat harap-harap cemas.
Diujung sana, penantian itu terus berkobar, harapan-harapan terus didoakan. Semua penganut Agama, semua tuhan yang mereka percaya. Memohon keadilan.
Di sini, kita terbaring kaku. Kaki tak sanggup lagi berlari, tangan tak sanggup lagi mengepal, suara tak kuasa lantang, jari telunjuk tidak lagi berani menunjuk wajah para pendosa.Â
Sialan!
Setelah begitu banyak luka, kita berakhir dengan maaf, dan sekali lagi, bersabar.
Manado, 23 September 2021