Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Ujung Penantian

23 September 2021   20:00 Diperbarui: 23 September 2021   20:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diujung sana penantian disematkan, harapan-harapan yang terus menguap bak kepulan asap pabrik-pabrik pemilik modal.

Di sini, kita merapalkan mantra-mantra ideal, menyusun pazel-pazel Negara yang tercerai berai.

Kesenjangan, pelanggaran Ham, penggusuran, pelecehan, dan kesejahteraan yang masih dalam kalimat harap-harap cemas.

Diujung sana, penantian itu terus berkobar, harapan-harapan terus didoakan. Semua penganut Agama, semua tuhan yang mereka percaya. Memohon keadilan.

Di sini, kita terbaring kaku. Kaki tak sanggup lagi berlari, tangan tak sanggup lagi mengepal, suara tak kuasa lantang, jari telunjuk tidak lagi berani menunjuk wajah para pendosa. 


Sialan!
Setelah begitu banyak luka, kita berakhir dengan maaf, dan sekali lagi, bersabar.

Manado, 23 September 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun