Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjawab pertanyaan (Kampoengku)

5 Desember 2020   07:44 Diperbarui: 5 Desember 2020   07:59 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kampung kelahiranku saat ini begitu asri. Namun, tidak tahu akan bertahan sampai berapa tahun lagi predikat itu bisa dinikmati.
Bisa jadi sekarang masih ditanam tumbu-tumbuhan tapi, entah besok atau lusa masih ada atau bisa jadi sudah ditanam bangunan-bangunan... Entahlah !!!

Di kampungku kini jalan suda mulai banyak dibuat. namun sayang, aspalnya belum di tandatangani.

Di kampung halamanku dari pagi hingga sore hari begitu menyenangkan untuk dilewati. Tapi sayang, kala malam datang, suasana berubah menjadi mencekam akibat listrik selalu padam.

Di kampung halamanku bukanya tidak maju dalam pembangunan. Kampungku maju, hanya saja kampung yang maju adalah kampung basis pemenang (lima tahunan).

Kampungku bukanya tidak memiliki generasi. Di sana, di kampungku, banyak intelektual muda para sarjanawan dan sarjanawati. Tapi, mereka juga masi terjebak dengan polemik lapangan pekerjaan yang memang sangat di batasi dan hingga kini belum juga teratasi.

Di kampung halamanku...
Masi banyak pekerjaan rumah yang harus kita atasi. Bukan hanya degan orasi dan janji. Tetapi harus dengan aksi, yang bisa kita dan generasi selanjutnya nikmati.

~Dalam ruangan 4x4 (Kos Kendari)
   5/12/2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun