Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yang dengan pemikiran progresifnya merintis jalan pendidikan sebagai hak setiap anak bangsa. Di tengah perayaan ini, para dosen sebagai ujung tombak pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab moral yang mendalam: tidak sekadar mengajar, tetapi mendidik dan membentuk masa depan bangsa.
Sebagai dosen, tugas kami bukan hanya menyampaikan teori atau menguji pengetahuan mahasiswa dalam bentuk angka. Lebih dari itu, kami adalah penjaga nalar kritis, penyemai integritas, dan penggerak transformasi sosial. Di ruang kelas, kami berhadapan dengan generasi muda yang akan menjadi pemimpin, ilmuwan, teknokrat, dan warga negara aktif. Maka, apa yang kami sampaikan hari ini akan bergema di masa depan bangsa ini.
Pendidikan tinggi di Indonesia tidak hanya bertumpu pada institusi negeri. Justru sebagian besar mahasiswa Indonesia dididik di perguruan tinggi swasta, tempat ribuan dosen juga mengabdi dengan semangat yang sama. Namun sayangnya, pengakuan dan hak-hak dosen swasta belum sepenuhnya setara. Banyak di antara mereka menghadapi ketimpangan dalam hal kesejahteraan, status kepegawaian, akses penelitian, dan penghargaan atas kontribusi akademiknya.
Meski demikian, dosen-dosen swasta tetap hadir setiap hari di ruang kelas, membimbing tugas akhir, menulis modul, dan menjadi pembimbing kehidupan. Mereka adalah pejuang senyap pendidikan---tidak banyak yang melihat, namun hasil kerja mereka tercermin dari generasi yang berhasil menembus batas keterbatasan sosial dan ekonomi.
Dalam era digital dan disrupsi teknologi, tantangan pendidikan semakin kompleks. Informasi tersedia di mana saja, tetapi kebijaksanaan dan pemahaman mendalam hanya bisa tumbuh melalui bimbingan yang bermakna. Di sinilah peran dosen menjadi penting: bukan sebagai pusat pengetahuan semata, tetapi sebagai fasilitator pembelajaran yang membebaskan, sebagaimana diamanatkan oleh Ki Hajar Dewantara---"Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani."
Hari Pendidikan Nasional ini juga menjadi ajakan untuk refleksi dan keadilan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai setiap insan pendidiknya, tanpa membedakan tempat mereka mengabdi. Sudah saatnya pengakuan dan perlindungan terhadap dosen swasta diperkuat, agar mereka dapat mengajar dengan rasa aman, dihargai, dan didukung untuk berkembang secara profesional.
Sebab, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, setiap dosen membawa api yang sama: keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan dari ruang-ruang kelas itulah masa depan Indonesia dibangun, satu mahasiswa pada satu waktu.Â
Kesimpulan:
Peringatan Hari Pendidikan Nasional adalah momentum penting untuk kembali mengingat bahwa membangun bangsa dimulai dari ruang-ruang belajar. Dosen, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, memiliki peran vital dalam membentuk karakter, pengetahuan, dan arah berpikir generasi penerus. Maka, sudah selayaknya seluruh pihak memberi ruang, dukungan, dan penghargaan yang adil agar semangat mendidik ini terus menyala. Sebab dari dosen---lahir bangsa yang berilmu, berkarakter, dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI