Mohon tunggu...
Muhammad Fakhrully Akbar
Muhammad Fakhrully Akbar Mohon Tunggu... Relawan - Volunesia

Hanya orang biasa yang lahir di Indonesia Saat ini masih belajar, bertumbuh dan berkembang untuk bangsa NKRI melalui jalan pengabdian masyarakat yang sering digeluti sejak masuk kampus . Alumni Sastra Jawa FIB UI 2015 lulus 2019| Pengajar Muda Indonesia Mengajar XIX Kabupaten Nunukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Mengajar di Pandeglang, Banten

10 Februari 2019   15:24 Diperbarui: 10 Februari 2019   16:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


“Guru memang bukanlah orang hebat , tetapi semua orang hebat di dunia ini ada berkat jasa guru” Anonim

Gerakan Banten Mengajar batch lima adalah kegiatan pengabdian masyarakat yang diikuti diawal tahun 2018.  Ikut serta dalam kegiatan ini merupakan cara Tuhan untuk memulihkan rasa kecewa saya karena tidak lolos dari kegiatan mengajar di kampus.  Berpartisipasi dalam GBM ini pun bukan sembarangan tanpa berpikir secara serius. Terlebih di batch 4 sudah ada senior saya yang selalu menjadi inspirator dalam kegiatan pengabdian masyarakat. 

Setelah daftar dan mengikuti seleksi berkas akhirnya diminta untuk hadir dalam seleksi wawancara juga uji microteaching. Setelah itu pengumuman dan dijadwalkan pembinaan. Lokasi pembinaannya di SDI Ruhul Amin, Tangerang. Pembinaan dilakukan setiap akhir pekan dilakukan dalam delapan minggu . Dalam delapan minggu itu pun ada tantangan lomba fundraising perkelompok yang dibebaskan fundraising sesuai kreativitas.

Seusai mengikuti tahapan pembinaan, pada tanggal dua puluh satu Januari 2018 kami diberangkatkan menuju lokasi masing-masing dari tempat kami menginap di Serpong. Berangkat pagi jam 08.00 menggunakan bis milik tentara dan tiba di kecamatan Cibaliung sekitar waktu ashar. 

Cibaliung adalah kecamatan tetangga lokasi saya dan kawan-kawan penempatan Pandeglang. Dalam GBM ini terbagi dalam dua lokasi penempatan yaitu : Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Akhirnya kami pun harus berganti kendaraan menjadi mobil bak terbuka. 

Suasana jalan yang cukup miris padahal jarak kami tidak terlalu jauh dengan Jakarta tetapi sudah terlihat ketimpangan disini. Saya pun mengerti kenapa para penggerak mewajibkan para pengajar menggunakan sepatu boot. Kami pun tiba di rumah guru SDN Kutakarang dua menjelang waktu maghrib. Awal menggunakan sepatu boot selama hidup dan mencoba menyesuaikan ritme ternyata tetap kesulitan dan nyeri yang terasa.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selama di Pandeglang hanya mengajar di empat lokasi dan jaraknya pun lumayan jauh. Setiap sekolah terdiri dari satu laki-laki dan dua perempuan . Hanya SDN Kutakarang tiga yang lebih satu perempuan. Saya ditempatkan di SDN Kutakarang 1 bersama Kak Aliyah dan Teh Nunuz. 

Kak Aliyah adalah mahasiswa tingkat terakhir jurusan Psikologi UIN Jakarta dan Teh Nunuz adalah lulusan doktoral IPB jurusan Biologi.  Dari kami bertiga, hanya saya dan Teh Nunuz yang fasih berbahasa Sunda, terlebih Teh Nunuz putri asli Pandeglang. 

Besoknya kami bertiga ditemani Bang Amin (Penggerak) dan Kang Ajum ( Guru SDN Kutakarang 1) bergerak menuju lokasi kami tinggal dan mengajar. Perjalanan kaki kami pun lumayan panjang. Menyusuri hutan dan jalan-jalan yang berlumpur. Kami tiba di rumah Kang Ajum menjelang jam dua siang. Kemudian beristirahat, shalat dan menyantap makan. 

Selama penempatan, Kang Ajum selain menjadi pemilik rumah dan juga guru SDN Kutakarang 1. Beliau adalah koki andalan kami setiap hari. Kemampuannya didapatkan ketika merantau ke kecamatan tetangga untuk melanjutkan pendidikan SMK dan bekerja di warung makan. Sentuhan sederhana dari tangan Kang Ajum membuat masakannya selalu enak. 

Bahan-bahannya berasal dari yang ada di sekitar rumah. Seperti bambu muda, kemangi, ikan dan belut sawah. Selama saya disana terasa sehat pola makan dan juga nikmat hidup di pedesaan meskipun saya juga anak desa.

Kami selalu berangkat jam tujuh menggunakan sepatu boot dan jas hujan karena setiap hari hujan dan jalan pun berlumpur. Jangan tanya lagi kondisi jaringan operator bagaimana, jika ingin mengetahui pesan yang masuk perlu menempelkan gawai di atas daun yang lumayan tinggi berbalut kresek supaya tidak jatuh . Terkadang setiap pagi kami lakukan seperti itu dan siangnya selepas KBM baru kami balas pesan tersebut di tempat yang sama yaitu pertigaan jalan sebelum masuk ke kampung kang Ajum. 

Anak-anak SDN Kutakarang 1 sangatlah ramah dan aktif. Sayangnya guru-guru disana selama kami tinggal disana selalu hadir pukul 09.00 sedangkan waktu pengajaran dari jam 07.00 hingga 12.00. Fakta yang membuat saya miris adalah kondisi anak-anak dari kelas satu hingga enam masih belum lancar mengeja dan menulis huruf. Walaupun ada yang sudah masih tapi itu hanya hitungan jari saja. 

Setiap pulang sekolah, kami mengadakan taman baca di kobong depan rumah kami tinggal. Semangat anak-anak tidak pernah padam menantikan kehadiran kami di kobong.Selepas shalat dzuhur dan makan siang kami pun membagi tugas sesuai dengan kebutuhan . Ada yang bagian bercerita, mengajarkan huruf , dan bagian membaca.  Kemudian malamnya mereka mengaji di tempat yang sama mulai dari maghrib hingga isya.

Bapak kepala sekolah bercerita bahwa budaya di daerah ini belum bisa kondusif untuk mendukung anak-anaknya sekolah . Angka pernikahan dini masih tinggi serta jika musim panen dan musim cocok tanam mulai maka anak-anak banyak yang tidak masuk sekolah karena harus mengasuh adiknya atau ikut ke ladang. 

Terkadang ada murid yang pindah ke luar pulau mengikuti orang tuanya kerja tetapi sebulan atau dua bulan kemudian kembali lagi . Karena rasa malu , anak tersebut tidak mau melanjutkan sekolah dan terpaksa tidak naik kelas. 

Saya percaya bahwa anak-anak SDN Kutakarang 1 sangatlah berbakat dan akan menjadi orang hebat jika mereka didukung oleh keluarga, warga, sekolah dan juga pemerintah. Semangat mereka yang tidak pernah padam selama dua puluh satu hari tinggal disana adalah bukti bahwa mereka ingin menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik.  Mereka menyadari masalah yang membelenggu di daerahnya.

Dua puluh satu hari disana pun kami tidak hanya aktif mengajar ke sekolah tetapi aktif pula mengikuti kegiatan masyarakat. Salah satu kegiatan yang rutin diikuti adalah pengajian. Warga pun hangat menerima kehadiran kami. Bahkan ketika perpisahan pun diiringi dengan isak tangis dan ucapan terima kasih dari mereka yang merupakan orang tua dari murid yang kami ajar. 

Saya pun tak kuasa membendung air mata ketika berpisah dengan segala kenangan yang terajut selama di Kutakarang. Pesan saya kepada kelas enam adalah untuk tetap melanjutkan pendidikan dan tetap berjuang meskipun keadaan himpitan ekonomi yang mengahadang.  

Selama disana saya dianggap seperti keluarga sendiri, warga selalu mengundang kami untuk makan bersama termasuk dari pak komite dan pak ustadz. Juga dukungan penuh dari bapak lurah dan keluarga dengan tangan terbuka menerima kami. Saya pun berdoa semoga Kang Ajum diberikan kelnacaran dalam menyelesaikan pendidikan keguruannya dan lekas diangkat menjadi guru tetap setelah sekian tahun menjadi guru honorer.

Surat-surat yang ditulis para murid hingga kini masih tersimpan dengan baik juga komunikasi dengan Kang Ajum berusaha tetap terjalin . Saya dan kawan-kawan selama disana sempat merasakan getaran gempa yang menggucang Lebak. Hal itu yang menjadi kekhawatiran teman-teman di kampus dan keluarga di Sukabumi. 

Saya memang bukan terlahir dan besar di Pandeglang, tetapi sangat bersyukur mendapatkan takdir belajar kehidupan di Pandeglang. Belajar dengan Kak Aliyah dan Teh Nunuz yang luar biasa. Mereka berdua mau meninggalkan zona nyaman dan titel mereka untuk turun tangan melakukan aksi nyata kepada pendidikan Banten walaupun aksi kami tidak serta merta membuat dampak besar bagi permasalahan pendidikan Banten.

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Semoga kita bisa saling belajar tentang kehidupan.

Muhammad Fahrully Akbar

Anak desa yang menyenangi pengabdian masyarakat sebagai ungkapan syukur dianugerahi kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun