Mohon tunggu...
Muhammad Fakhrully Akbar
Muhammad Fakhrully Akbar Mohon Tunggu... Relawan - Volunesia

Hanya orang biasa yang lahir di Indonesia Saat ini masih belajar, bertumbuh dan berkembang untuk bangsa NKRI melalui jalan pengabdian masyarakat yang sering digeluti sejak masuk kampus . Alumni Sastra Jawa FIB UI 2015 lulus 2019| Pengajar Muda Indonesia Mengajar XIX Kabupaten Nunukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Mengajar di Pandeglang, Banten

10 Februari 2019   15:24 Diperbarui: 10 Februari 2019   16:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak SDN Kutakarang 1 sangatlah ramah dan aktif. Sayangnya guru-guru disana selama kami tinggal disana selalu hadir pukul 09.00 sedangkan waktu pengajaran dari jam 07.00 hingga 12.00. Fakta yang membuat saya miris adalah kondisi anak-anak dari kelas satu hingga enam masih belum lancar mengeja dan menulis huruf. Walaupun ada yang sudah masih tapi itu hanya hitungan jari saja. 

Setiap pulang sekolah, kami mengadakan taman baca di kobong depan rumah kami tinggal. Semangat anak-anak tidak pernah padam menantikan kehadiran kami di kobong.Selepas shalat dzuhur dan makan siang kami pun membagi tugas sesuai dengan kebutuhan . Ada yang bagian bercerita, mengajarkan huruf , dan bagian membaca.  Kemudian malamnya mereka mengaji di tempat yang sama mulai dari maghrib hingga isya.

Bapak kepala sekolah bercerita bahwa budaya di daerah ini belum bisa kondusif untuk mendukung anak-anaknya sekolah . Angka pernikahan dini masih tinggi serta jika musim panen dan musim cocok tanam mulai maka anak-anak banyak yang tidak masuk sekolah karena harus mengasuh adiknya atau ikut ke ladang. 

Terkadang ada murid yang pindah ke luar pulau mengikuti orang tuanya kerja tetapi sebulan atau dua bulan kemudian kembali lagi . Karena rasa malu , anak tersebut tidak mau melanjutkan sekolah dan terpaksa tidak naik kelas. 

Saya percaya bahwa anak-anak SDN Kutakarang 1 sangatlah berbakat dan akan menjadi orang hebat jika mereka didukung oleh keluarga, warga, sekolah dan juga pemerintah. Semangat mereka yang tidak pernah padam selama dua puluh satu hari tinggal disana adalah bukti bahwa mereka ingin menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik.  Mereka menyadari masalah yang membelenggu di daerahnya.

Dua puluh satu hari disana pun kami tidak hanya aktif mengajar ke sekolah tetapi aktif pula mengikuti kegiatan masyarakat. Salah satu kegiatan yang rutin diikuti adalah pengajian. Warga pun hangat menerima kehadiran kami. Bahkan ketika perpisahan pun diiringi dengan isak tangis dan ucapan terima kasih dari mereka yang merupakan orang tua dari murid yang kami ajar. 

Saya pun tak kuasa membendung air mata ketika berpisah dengan segala kenangan yang terajut selama di Kutakarang. Pesan saya kepada kelas enam adalah untuk tetap melanjutkan pendidikan dan tetap berjuang meskipun keadaan himpitan ekonomi yang mengahadang.  

Selama disana saya dianggap seperti keluarga sendiri, warga selalu mengundang kami untuk makan bersama termasuk dari pak komite dan pak ustadz. Juga dukungan penuh dari bapak lurah dan keluarga dengan tangan terbuka menerima kami. Saya pun berdoa semoga Kang Ajum diberikan kelnacaran dalam menyelesaikan pendidikan keguruannya dan lekas diangkat menjadi guru tetap setelah sekian tahun menjadi guru honorer.

Surat-surat yang ditulis para murid hingga kini masih tersimpan dengan baik juga komunikasi dengan Kang Ajum berusaha tetap terjalin . Saya dan kawan-kawan selama disana sempat merasakan getaran gempa yang menggucang Lebak. Hal itu yang menjadi kekhawatiran teman-teman di kampus dan keluarga di Sukabumi. 

Saya memang bukan terlahir dan besar di Pandeglang, tetapi sangat bersyukur mendapatkan takdir belajar kehidupan di Pandeglang. Belajar dengan Kak Aliyah dan Teh Nunuz yang luar biasa. Mereka berdua mau meninggalkan zona nyaman dan titel mereka untuk turun tangan melakukan aksi nyata kepada pendidikan Banten walaupun aksi kami tidak serta merta membuat dampak besar bagi permasalahan pendidikan Banten.

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Semoga kita bisa saling belajar tentang kehidupan.

Muhammad Fahrully Akbar

Anak desa yang menyenangi pengabdian masyarakat sebagai ungkapan syukur dianugerahi kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun