Setelah mempelajari Islam, Van der Stok menemukan kata kunci yang berguna sebagai jalan pembuka usaha kampanyenya, yaitu konsep "ihtijar".Â
Konsep ini menjadi dasar usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi.Â
Jaelani berpendapat bahwa ini merupakan pintu masuk yang paling tepat sebab dalam konsep ini terdapat penekanan terhadap pentingnya upaya menjaga kesehatan dan memanjangkan umur, dan, terutama, sikap pengabaian terhadap kesehatan.
Selain itu, Van der Stok juga melakukan pendekatan agama dalam persoalan kebersihan lainnya seperti bersuci. Hal ini didasari karena sebagian besar penduduk pribumi tidak memiliki kesadaran yang tinggi perihal kebersihan.Â
Menurut Van der Stok, perilaku tersebut mengindikasikan kurangnya pemahaman ajaran agama yang menekankan pada hidup bersih. Padahal, dalam Al-Quran hidup bersih merupakan perintah wajib dari Al-Quran, seperti mencuci anus setelah buang air besar.
"Van der Stok paham betul bahwa sebagian besar pribumi yang taat sebetulnya mengamalkan semua ritual keagamaan yang berkaitan dengan kebersihan ini. Hanya saja apa yang mereka lakukan tidak disertai dengan kesadaran akan membersihkan diri dalam kerangka higiene; mereka melihat praktek itu hanya sebatas serangkaian formalitas keagamaan", tulis Gani Jaelani
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1933 hadir seorang dokter bumiputera bernama Ahmad Ramali yang menjadi propagandis hidup bersih. Ia menerima tugasnya seiring dimulainya proyek kebersihan oleh Hydrick sebagai utusan dari Rockefeller Fondation sejak tahun 1913.Â
Dalam menjalankan tugasnya, Ramali yang berorientasi sains modern memberikan penjelasan ilmiah atas ajaran Islam ketika menjadi propagandis.Â
Misalkan ketika memaparkan mengenai bahaya mikrob yang disinyalir menjadi penyebab utama munculnya penyakit, ia mengaitkan hal itu dengan konsep najis dalam Islam.Â
Ia menjelaskan bahwa najis dalam Islam seperti darah, nanah, muntah, tinja, air seni harus selalu dijauhi, dan sekali tubuh terkena unsur-unsur itu maka harus segera dibersihkan karena akan membuat tubuh kita kotor dalam pengertian keagamaan.Â
Sejalan dengan itu, Ramali mengatakan juga bahwa hal tersebut harus dijauhi karena dalam praktik kedokteran, hal itu berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit.