Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan

25 Juni 2019   19:19 Diperbarui: 25 Juni 2019   19:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perguruan.thawalib.id

Kompasiana.com
Kompasiana.com
Kenangan Anak Waktu

Seorang alumni Thawalib Putra pernah berkata kepada saya ketika ia melihat dan bertemu dengan alumni-alumni lainnya, "Bahwa ketika bertemunya alumni pada suatu waktu atau tempat maka pembicaraan yang paling dominan adalah kenangan-kenangan ketika bersekolah di Thawalib, tidak lebih dari itu. Kenapa kita tidak bercerita tentang sesuatu yang nyata dan berdampak." Saya menjawab dalam diam.

Manusia, waktu dan kenangan selalu memiliki keterkaitan yang sangat erat sekali. Keterkaitan ini pemicunya bukan saja disengaja diciptakan oleh si manusia yang mempunyai hati atau jiwa kemudian mengendap peram di otak atau pikiran kita yang disebut dengan "memori" kerjanya persis dengan seperangkat alat komputer. Hati dan pikiran manusia dapat menyimpan hal-hal yang pernah dialami dan akan dimunculkannya ketika ia bertemu dengan orang yang pernah mengalami keadaan atau nasib yang sama.

Kenangan adalah sesuatu yang nyata. Nyata karena ia pernah dialami. Kenangan selanjutnya akan membuat sejarah bagi hidup yang dijalani manusia. Kenangan buruk kemudian menjadi pedoman agar tak terulang kembali, kenangan baik patutlah untuk dilanjutkan.

Kenangan bagi manusia bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Manis dan pahit. Manis, ketika hal-hal yang yang dikenang adalah kejadian yang dialami --baik dan buruk-- dan tidak dialami oleh orang lain. Disinilah kenangan diartikan sebagai hal yang diingat, pernah dialami dan tidak setiap orang mengalami.

Contoh, pada waktu saya sekolah atau belajar di sekolah Thawalib sangatlah maju. Pahit, ketika apa yang dialami dulu justru berbeda dengan dengan sekarang. Realita yang jauh dari cita. Oleh karenanya, siapapun ia berhak mengklaim bahwa kenanganan yang sampai saat ini tersimpan dalam memori otaknya yang dahulu pernah dialami adalah terbaik menurut ia. Yang menjadi pertanyaan adalah dapatkah memori yang kenangan yang ada pada setiap diri alumni Thawalib ini menjadi sebuah gerakan yang paling tidak membangkitkan Thawalib kembali dari "mati suri."

Bagi saya kenangan-kenangan yang dituliskan tidak akan bermakna apa-apa ketika ia terhenti pada tulisan. Rangkaian huruf demi huruf yang jadi kalimat "Aku dulu sekolah di pesantren ini dan ini yang dialami" kemudian teman yang lain menimpali dengan yang sama. Dulu, itu adalah rangkaian huruf yang mati. Yang diperlukan adalah rangkaian huruf-huruf yang menggerakkan kenangan dihimpun dalam ikatan emosional disini dan sekarang. Bukan dulu zaman yang telah lalu.

Bagi saya, memori kenangan yang oleh sebagian anggapan orang hanya yang terkait dengan otak atau pikiran, saya tidak setuju. Otak terhubung dengan hati, perasaan emosional. Karena itulah yang namanya "kenangan" sulit dilupakan walau usia bertambah dan zaman berubah.

Disadari atau tidak ia yang dulu hilang dari otak atau pikiran yang sibuk dipakai untuk urusan lain pasti akan kembali. Maka, yang terjadi adalah alumni thawalib yang dulu tidak begitu perhatian pada peristiwa-peristiwa kenangan ketika bersekolah di Thawalib akan mengenang kembali karena sejatinya kenangan adalah perpaduan otak atau pikiran dengan hati, pikiran dan perasaan.

Dapat dipahami, ketika terjadi hal yang buruk pada sesuatu yang dikenang maka akan memunculkan suatu perasaan yang menolak agar itu tidak terulang. Kita menolak Thawalib hilang dari pentas pendidikan.

JR

Curup

Selasa. 25.06.2019. 18.54

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun