Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

(Masih) Bergunakah Sastra?

16 Maret 2019   16:04 Diperbarui: 25 Maret 2019   15:42 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sastra berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna kebijaksanaan atau pedoman (Gambar diambil dari Pixabay.com)

Sebagian manusia modern dalam hidupnya mengalami kelaparan kekuasaan, kelaparan uang, kelaparan kebahagiaan, dan di sisi lain mengalami tragedi, kepiluan, kehampaan, kegelisahan, pengharapan, benci, kerinduan, dendam, dan pesimistis. Tapi sebagian manusia juga ada yang mampu mengatasi hal-hal di atas.

Persoalan-persoalan yang dialami manusia tersebut oleh sastrawan menjadi bahan bakar untuk pemicu munculnya proses kreatif. Proses kreatif yang muncul bukan dari kehampaan ruang atau tak terhubung sama sekali dengan kenyataan hidup manusia. Proses kreatif sastrawan ini kemudian mengambil bentuknya dalam lisan dan tulisan. 

Sastra berbentuk lisan ini di dengar oleh sekian banyak orang dan sastra tulis yang kata-katanya dituliskan kemudian dibaca dan menyebar. Pendengaran dan pembacaan terhadap karya sastra meningggalkan kesan-kesan (impresi) di dalam ingatan dan jiwa manusia serta memberikan pengaruh. Benarlah ungkapan Schiller bahwa sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda.

Novel berjudul Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela, karya sastrawan Jepang Tetsuko Kuroyanagi yang diterbitkan berbahasa Indonesia oleh PT. Gramedia berkisah tentang gadis cilik bernama Totto Chan dianggap nakal oleh sekolah sebelumnya kemudian pindah ke sekolah Tomoe yang unik karena gerbong kereta api dijadikan sekolah, unik cara belajarnya karena para murid bebas memilih pelajaran yang dimaui serta ia juga mendapatkan pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.  

Novel Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi dapat jadi bukti bagaimana berpadunya kisah nyata atau kenyataan hidup yang dialami oleh Tetsuko dengan proses kreatif yang kemudian di novelkan dan memberi pengaruh kepada dunia pendidikan bukan saja di Jepang tapi juga di belahan negara-negara lainnya. Bahkan beberapa orangtua menjadikan novel tersebut sebagai model untuk mendidik anak-anak dan dijadikan terapi untuk mengatasi anak-anak yang dianggap "nakal."

Sastra juga dapat menjadi terapi yang dimaknai dengan memberikan efek menyembuhkan terhadap persoalan hidup yang dialami manusia. Beragam persoalan dalam kehidupan manusia dihadapkan kepada estetika bahasa yang melenakan akal dan alur cerita yang mengobati jiwa.

Kemudia sastra sebagai terapi memberikan inspirasi sebagai suatu jalan keluar dari belitan persoalan hidup yang dihadapi manusia. Sastra sebagai terapi juga mencoba menempatkan diri sesuai dengan apa yang dihadapi oleh manusia dan menceritakannya dari perspektif yang berbeda.

Novel Totto Chan (Sumber: prelo.co.id)
Novel Totto Chan (Sumber: prelo.co.id)
Pendangkalan Makna Sastra

Sastra mengalami pendangkalan makna saat sekarang ini. Sebagian orang memaknai sastra hanya semata terkait dengan keindahan atau estetika semata.

Keindahan sastra dalam kodratnya merupakan suatu fakta kerohanian yang hanya dapat berkomunikasi kepada manusia apabila rasa manusia itu hidup dan mudah tergetar. Pengobatan untuk penyakit-penyakit kemanusiaan sejatinya tak hanya agama dan ilmu pengetahuan saja tetapi sastra juga dapat menjawabnya.

Nasib sastra yang kadang kala terpinggirkan dapat juga sebenarnya menjadi obat mujarab bagi persoalan kehidupan yang dialami manusia. Kekuatan sastra ada pada bahasa yang menggugah hati dan akal. Sastra mengandung pikiran, meski ditulis dengan bahasa hati, sementara sastrawan dalam kehidupannya sehari-hari terikat pula pada nilai-nilai yang membutuhkan pemikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun