Di tengah peran arsitektur yang kian luas, tidak hanya sebagai wujud estetika dan fungsi, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian sosial, lahirlah sebuah inisiatif sederhana namun bermakna: merancang sebuah mushola bagi masyarakat desa. Berangkat dari semangat ingin mengabdi melalui bidang keilmuan yang dimiliki, dua mahasiswa Arsitektur Universitas Negeri Semarang (UNNES), Fajrina Ramadhanti dan Achmad Safrudin, bersama mitra pelaksana lapangan dari CV. Adi Mukti, Chafid Faizin, menggagas sebuah karya desain yang tidak hanya memperhatikan keindahan dan fungsionalitas, tetapi juga merespons nilai-nilai lokal, spiritualitas, serta kemampuan masyarakat dalam membangun secara mandiri.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berfokus pada perancangan mushola yang direncanakan akan dibangun di Desa Winong RT 13/RW 3, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Kehadiran mushola ini diharapkan menjadi ruang ibadah yang khusyuk sekaligus ruang sosial yang hidup bagi warga sekitar. Proses desain tidak dilakukan secara sepihak, melainkan tumbuh dari pengamatan lapangan, diskusi dengan warga, serta masukan teknis dari pihak pelaksana, sehingga menghasilkan karya yang membumi dan dapat direalisasikan secara bertahap.
Dalam pelaksanaannya, Chafid Faizin selaku koordinator lapangan dari CV. Adi Mukti memainkan peran penting dalam menjembatani ide desain dengan kebutuhan dan kemungkinan teknis di lapangan. Melalui kolaborasi ini, desain mushola tidak hanya menjadi sebuah wacana di atas kertas, tetapi benar-benar dipersiapkan untuk diwujudkan dalam bentuk bangunan yang fungsional dan bermakna bagi masyarakat.
Secara konseptual, mushola ini dirancang dengan pendekatan Arab Tradisional Modern Kontemporer. Fasad bangunan menampilkan elemen roster bermotif Arab-Islami yang memberi identitas religius sekaligus mengoptimalkan pencahayaan dan ventilasi alami. Atap bangunan mengadopsi bentuk Joglo Jawa sebagai simbol akar budaya lokal yang dipadukan dengan kubah kecil di bagian tengah bangunan, memperkuat karakter spiritual bangunan tanpa kehilangan kedekatannya dengan konteks lingkungan.
Gubahan massa bangunan bersifat sederhana namun dinamis, dengan permainan garis lurus dan bidang terbuka yang menciptakan kesan tenang dan modern. Ruang utama salat diatur menghadap langsung ke kiblat, didukung oleh pencahayaan alami melalui bukaan tinggi di sisi kiri dan kanan. Ruang wudhu terletak di sisi timur dan barat dengan sirkulasi terpisah, sementara area teras depan dapat dimanfaatkan sebagai ruang transisi sekaligus tempat interaksi antar warga. Keseluruhan komposisi ini mempertimbangkan kemudahan pembangunan dan efisiensi biaya, menggunakan struktur baja dan material lokal yang mudah didapatkan serta tahan lama.
Bagi Fajrina dan Achmad, keterlibatan dalam proyek ini menjadi sarana aktualisasi ilmu arsitektur dalam konteks nyata. Mereka ikut terlibat dalam menyusun konsep desain, membuat gambar kerja teknis, serta menyusun visualisasi arsitektural yang komunikatif. Dalam prosesnya, pembelajaran teknis berpadu dengan nilai-nilai sosial dan spiritual yang dirasakan langsung dari lingkungan masyarakat. Sementara itu, kehadiran Chafid Faizin sebagai orang yang sudah berpengalaman di ranah desain dan lapangan memberikan dimensi praktik yang kaya akan konteks, memungkinkan desain ini untuk berjalan selaras dengan kenyataan di lapangan.
Karya desain ini merupakan hasil orisinal, disusun berdasarkan observasi langsung, analisis tapak, dan diskusi bersama pihak terkait tanpa menjiplak karya pihak manapun. Dengan semangat kolaborasi dan pengabdian, desain mushola ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat ibadah semata, tetapi juga simbol kebersamaan dan tumbuhnya ruang publik spiritual yang kontekstual dan bermartabat di tengah masyarakat Desa Winong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI