Mohon tunggu...
Fajriatun Rizki
Fajriatun Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Saya memiliki banyak hobi seperti memasak, mendengarkan lagu, dan salah satunya adalah menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guru dan Dilema Moral di Era Modernisasi

2 April 2024   14:00 Diperbarui: 2 April 2024   17:38 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fajriatun Rizki, Bagas Kurnianto, S.Pd., M.Pd.

Mahasiswa PGSD, Dosen PGSD FIPP Universitas Negeri Semarang

Menjadi seorang guru dalam lingkungan masyarakat seringkali dianggap sebagai salah satu profesi yang mulia serta dihormati oleh kebanyakan orang. Menjadi guru tidak hanya sebagai orang yang menyampaikan pengetahuan baru kepada siswa, akan tetapi tugasnya lebih dari itu yaitu sebagai pembentuk karakter, penasehat dan teladan yang digugu dan ditiru bagi generasi penerusnya. Namun, dalam kompleksitas zaman modern, guru seringkali menghadapi berbagai dilema moral yang mempengaruhi gaya untuk mengajar, cara untuk berinteraksi dengan siswa, dan cara mereka menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dalam essay ini membahas beberapa dilema moral yang dihadapi oleh guru modern dan upaya untuk mengatasi tantangan tersebut. 

Saat ini pendidikan kian terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi serta tuntutan akademik sesuai dengan paturan dari pemerintah. Para merasa terjebak dalam dilema antara tuntutan kurikulum yang ketat serta kebutuhan para peserta didik yang bervariasi satu dengan yang lainnya. Dalam penyelenggaraan pendidikan para pendidik dihadapkan pada banyak pertanyaan moral mengenai apakah akan mengejar kesuksesan akademis siswa atau memperhatikan perkembangan mereka secara keseluruhan, termasuk kesejahteraan emosional dan sosial. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai prioritas dalam pendidikan: Haruskah keberhasilan akademis siswa diutamakan daripada kesejahteraan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan?.

Selain itu, guru sering menghadapi dilema moral terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Di era digital yang berkembang pesat, guru berada di bawah tekanan untuk mengintegrasikan teknologi kedalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Akan tetapi, dampak negatif yang muncul akibat penggunaan teknologi yang tidak sesuai kebutuhan seperti gangguan, kecanduan media sosial, dan pelanggaran privasi siswa juga harus dipertimbangkan. Guru harus membuat keputusan moral tentang cara terbaik menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran tanpa mengorbankan kesejahteraan dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Namun, dalam zaman modernisasi, peran seorang pendidik menjadi lebih signifikan tidak hanya terfokus pada tanggung jawabnya yang terkait dengan kurikulum. Hal ini disebabkan oleh kondisi di mana para siswa saat ini menghadapi krisis moral dan etika, sehingga diharapkan para guru dapat membimbing mereka untuk menjadi individu yang memiliki karakter, integritas, dan moral yang kuat.

Dengan adanya upaya dari peran sebagai pendidik untuk membentuk karakter peserta didik dalam menghadapi dilema moral dapat mewujudkan hasil kepada peserta didik yaitu, tumbuhnya kepercayaan diri, memiliki keyakinan yang kuat untuk masa depannya, memiliki keterampilan dan bisa mengasah lebih kemampuan yang dimiliki, dan memiliki jiwa kepempimpinan yang tertanaman dalam setiap individu. Selain tantangan yang kompleks dalam membentuk karakter siswa, guru juga menghadapi rintangan terkait dengan standar etika dan integritas profesional. Bagi seorang guru, menjaga etika dan integritas merupakan hal yang sangat krusial dalam menjalankan tugas mereka. Guru harus menemukan keseimbangan antara memberikan pendidikan yang berkualitas dan menghadapi pelanggaran etika, seperti kasus plagiarisme dan penipuan akademik. Ketika siswa terlibat dalam perilaku yang melanggar etika, guru seringkali dihadapkan pada situasi yang sulit. Mereka harus memutuskan apakah akan mengambil tindakan untuk memperbaiki pelanggaran etika siswa atau mempertahankan reputasi sekolah atau institusi di mana mereka mengajar. Keputusan semacam ini tidaklah mudah, karena melibatkan aspek moral, profesionalisme, dan dampaknya terhadap siswa serta lingkungan belajar secara keseluruhan. Dalam menghadapi dilema moral ini, guru harus mempertimbangkan prinsip-prinsip etika dan moral sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan. Mereka harus memprioritaskan kepentingan siswa dan memastikan bahwa siswa tersebut dapat mengembangkan potensi individu mereka secara maksimal. Meskipun penting untuk menjaga reputasi sekolah atau institusi, namun keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan moral siswa harus menjadi prioritas utama.

 Dalam konteks ini, transparansi dan komunikasi yang efektif antara guru, siswa, orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya menjadi kunci dalam menangani situasi yang melibatkan pelanggaran etika. Guru perlu melibatkan semua pihak terkait untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan, yang tidak hanya menghormati integritas siswa tetapi juga menjaga reputasi sekolah secara keseluruhan. Selain itu, pendidikan tentang etika dan integritas juga harus ditingkatkan di lingkungan sekolah. Guru dapat mengintegrasikan pembelajaran tentang nilainilai moral dan profesionalisme ke dalam kurikulum mereka, serta menyediakan ruang untuk diskusi dan refleksi tentang etika dalam kehidupan sehari-hari.

 Dengan menghadapi tantangan-tantangan ini dengan sikap yang jujur, transparan, dan bertanggung jawab, para guru dapat memastikan bahwa mereka tetap menjalankan peran mereka dengan integritas tinggi dan memberikan contoh yang baik bagi siswa mereka. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang beretika dan berintegritas, di mana siswa dapat tumbuh dan berkembang secara holistik sebagai individu yang bertanggung jawab dan beretika. Penting bagi guru untuk menyadari bahwa menghadapi dilema moral adalah bagian penting dari profesinya. Dengan berpegang teguh pada prinsip etika dan moral serta mendapat dukungan dari rekan sejawat dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya, guru dapat mengatasi dilema moral tersebut dan menjadi pembentuk karakter generasi penerus bangsa yang penuh integritas dan dedikasi, dapat menjadi penasehat dan sumber inspirasi. Guru memegang peran penting dalam membentuk karakter siswa melalui berbagai upaya sebagai pemberi informasi, pengorganisir, penyemangat, pemandu, inisiator, penyampai, mediator, dan penilai, dengan tujuan membentuk siswa sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang berkarakter. Hal ini meliputi penanaman rasa percaya diri, keyakinan terhadap potensi diri, pengembangan keterampilan, keberanian dalam pengambilan keputusan, dan pengembangan jiwa kepemimpinan yang sangat dibutuhkan dalam era modernisasi. Membentuk karakter siswa bukanlah tugas yang mudah di era modernisasi saat ini. Proses pembentukan karakter siswa melibatkan beberapa tahapan yang harus dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, pada tahap ini, peran guru menjadi sangat krusial dalam menjalankan serangkaian langkah-langkah tersebut untuk mencapai hasil dari upaya pembentukan karakter siswa di era modernisasi.

Daftar Rujukan:

Haluti, F., Ali, N., Jumahir, J., & Saleh, S. K. (2023). Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Di Era Modernisasi. Jurnal Pendidikan Glasser, 7(1), 211-216. 

Arifianto, Y. A. (2021). Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Pendidikan EtisTeologis Mengatasi Dekadensi Moral Di Tengah Era Disrupsi. JRegula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 6(1), 45-59. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun