Mohon tunggu...
Fajri Zulia Ramdhani
Fajri Zulia Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menuliskan apa saja di pikiran dan menceritakan buku yang menarik dibagikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hina tanpa Terhina oleh Sesama Si Hina

8 Juni 2020   20:23 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adalah remah tak ramah yang gemar marah

Mencaci semua seolah hina yang tak sudah, adalah mufakat semesta untuk cipta derita

Aku turut sedu sedan di samping penjual gorengan yang kehilangan pelanggan

Aku menepuk pundak supir angkot yang tak capai setoran

Aku tak juga beranjak dari tangis mamak yang hari ini kehilangan pekerjaan

Jika hina adalah milik semua hamba, dan puji adalah milik Sang Maha, lantas kenapa semesta turut campur menjadikan kami makin hina di tengah hina yang memang adalah kami?

Kami terperangkap konsep kuasa duit segalanya

Rumah tingkat tunjukkan martabat

Gawai canggih berarti sugih

Dengan relasi hidup mati yang tak pernah berpisah konsekuensi, si hina merasa pemilik abadi

Hidup katanya jual beli, dan mati adalah omong kosong urusan nanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun