Aku adalah remah tak ramah yang gemar marah
Mencaci semua seolah hina yang tak sudah, adalah mufakat semesta untuk cipta derita
Aku turut sedu sedan di samping penjual gorengan yang kehilangan pelanggan
Aku menepuk pundak supir angkot yang tak capai setoran
Aku tak juga beranjak dari tangis mamak yang hari ini kehilangan pekerjaan
Jika hina adalah milik semua hamba, dan puji adalah milik Sang Maha, lantas kenapa semesta turut campur menjadikan kami makin hina di tengah hina yang memang adalah kami?
Kami terperangkap konsep kuasa duit segalanya
Rumah tingkat tunjukkan martabat
Gawai canggih berarti sugih
Dengan relasi hidup mati yang tak pernah berpisah konsekuensi, si hina merasa pemilik abadi
Hidup katanya jual beli, dan mati adalah omong kosong urusan nanti