Belum adanya solusi pasti dalam penangaan fenomena ini, yang mungkin saja dapat mengancam kestabilan sosial kapan saja, pasalnya pemerintah selalu menggunakan impor untuk menjaga kestabilan harga.
Namun kemungkinan negara pengimpor dapat menutup keran impor sewaktu-waktu, menimbang dari fenomena geopolitik dunia yang sedang rentan konflik dan rentan mengancam kestabilan ekonomi global. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2024 saat kenaikan harga beras secara signifikan.
Jika pemerintah mau benar-benar menyelesaikan persoalan ini secara komperhensif, perlu adanya kajian yang mendalam tentang permasalahan apa yang menjadi faktor penghambar distribusi bahan pangan terhambat saat terjadi permintaan pasar yang meningkat, atau saat tertjadi fenomena alam yang menyebabkan gagal panen.
Permasalahan sejatinya tidak hanya datang dari proses panen yang tidak maksimal saja, namun faktor siklus distribusi yang terlalu panjang, membuat bahan pokok tidak optimal sampai di penjual, bahkan masih terdapat beberapa oknum tengkulak yang sengaja menimbun stok disaat permintaan pasar meningkat, atau disaat terjadi fenomena gagal panen.
Kebutuhan beras Indonesia pada 2024 mencapai 31,2 juta ton, dan untuk kebutuhan minyak goreng sebanyak 9,56 Kilogram/kapita/tahun. Ini berdasarkan prognosa neraca pangan nasional periode Januari hingga Desember 2024 yang telah disusun oleh Badan Pangan Nasional.
Dalam upaya pengamanan stok pemerintah selalu menyiapkan stok untuk periode per 6 bulan. namun tantangan yang di hadapi pemerintah bukan hanya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, akan tetapi juga penting untuk memberangus para tengkulak yang "culas" yang justru dapat menyebabkan persoalan yang destruktif di tengah masyarakat.
Bahkan belakangan terungkap permainan distributor minyakita yang melakukan manipulasi gramasi dan juga kandungan minyak yang tidak sesuai standar kualitas produk Minyakita, alias minyak curah.
Lagi-lagi pemerintah lalai melakukan pengawasan dalam kasus ini, karena fokus nya hanya bagaimana memenuhi kebutuhan dan menyediakan stok untuk periode saja.
Pemerintah sudah waktunya sadar bahwa ide Diversifikasi perlu dilakukan untuk menciptakan ragam variasi pokok pangan di masyarakat, sebab secara geografis indonesia memungkinkan untuk melakukan ide tersebut.
Misalnya masyarakat Flores yang menjadikan sorgum sebagai salah satu kebutuhan pangan utama pengganti beras. Fotina Meo dan Frans Bapa Tokan menyajikan hasil kajiannya dalam Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) volume 4 pada tahun 2023.
Fotina menyampaikan dalam jurnalnya bahwa sorgum dapat menjadi alternatif pengganti beras. Sorgum adalah tanaman sereal yang kaya akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.