Mohon tunggu...
Fajar Yudo
Fajar Yudo Mohon Tunggu... -

seorang pengangguran yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awas, Bahaya Batik

3 Agustus 2010   06:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Batik, bagi sebagian orang sangat digemari (terutama dari kalangan sepuh atau tua), bahkan sampai-sampai kita ribut dengan negeri sebelah (Malaysia) hanya karena batik. Sungguh, hanya sebuah kain yang mempunyai motif menarik sampai-sampai membuat negara berebut, asal muasal dari batik.

Batik banyak kita jumpai di berbagai daerah mulai Jawa (Jogja, Solo, Pekalongan) hingga Madura yang terkenal dengan batik suteranya. Semenjak konfrontasi dengan Malaysia maslah batik, membuat negeri Indonesia ini latah, sampai-sampai mulai anak hingga orang tua saat ini selalu memakai batik, dan pada akhirnya sampai-sampai ada hari BATIK. Lihatlah di jejaring Facebook, mereka ramai-ramai membuat akun kita cinta BATIK, atau BATIK adalah asli budaya Indonesia, saya anggap lumrah, bagi orang Indonesia yang jika ada tekanan baru bersatu padu, tetapi jika tidak ada tekanan akan bersikap santi- layu bagai tanaman tidak pernah disiram.

Tetapi yang saya maksud ini bukan BATIK baju, melainkan budaya khas orang Indonesia yaitu BiasA menkriTIK yang tidak pernah memberi masukan atau solusi untuk mengentas semua permasalahan bangsa ini. Yang lebih dahsyat, para pengkritik ini adalah tokoh-tokoh nasional yang mempunyai basis masa dan suaranya (petuah) kadang masih didengar (oleh massanya), malah terkadang membuat suasana ini menjadi tambah runyam. Alih-alihnya presiden berbicara satu kali, tapi seribu kali para BATIK menyikapi, tanpa pernah mau berhenti (mengkritik).

Lihatlah, seperti admin kompasiana, sekali berbuat salah, seribu kali hujatan yang selalu mereka diterima, keadaan ini jika terus-menerus akan membuat suasana makin kacau. Mau melangkah takut salah, kelamaan mengambil langkah tambah menjadi salah.

Lebih baik.....

Jangan pernah menjadi pribadi penghujat, karena kita tidak akan pernah bisa melihat jitok (dalam bahasa Jawa berarti tengkuk) kita sendiri.

Dan menjadilah pribadi yang mengkritik tapi membangun (bisa mencarikan solusi).

Jadikanlah kritik sebagai referensi, yang berguna kita terima, tapi yang tidak berguna kita buang, percuma.

Salam

Fajar Yudo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun