Jika Dangdut it's the music of my country, maka sebagai orang Indonesia maka kita mestilah berbangga dengan tagline tersebut. Maka kita mesti juga perhatikan banyak sekali instrumen alat musik yang mengiringi sebuah lagu Dangdut tersebut agar enak dan aduhai jika di dengar.
Alat musik yang hadir tentu beragam dari mulai alat musik tradisional seperti seruling dan gendang sampai ke keyboard juga gitar listrik. Semua bersama sama menghasilkan harmoni sesuai dengan Lagu dan gubahan yang hendak di senandungkan.
Banyak sekali jenis musik lokal ditanah air yang menjadi percabangan berbagai aliran musik, seperti Keroncong, Pop Sunda, tarling dan banyak modifikasi lagu lagu dengan bahasa kedaerahan yang membuat makin kaya jenis musik yang ada di Indonesia.
Tapi jangan salah duga ya memang dari dahulu nenek moyang kita selain sebagai pelaut yang ulung serta tangguh juga dikenal dengan bangsa yang punya jiwa seni yang tinggi. Nyaris sepanjang Jawa Bali dikenal dengan musik karawitan dengan gamelan khas Jawa, Sunda dan Bali, belum lagi sub daerah yang memiliki ciri unik lainnya dipelosoknya.
Budaya menggunakan musik juga banyak mengikuti ritual suku suku setempat yang tentu dari Sabang sampai Merauke banyak jenisnya. Musik dan tari adalah hal unik dan sulit dipisahkan serta yang saling berkesinambungan, Baik tari pergaulan, tari budaya dan tari yang ala ala perang perjuangan. Kadang dari tarian itu juga disertai cerita tentang mitos atau kebudayaan setempat tentu sambil diiringi musik dari beragam alat yang mengiringi nya. Bangga jadi bagian dari Sistem Indonesia.
Nah fakta menarik mengenai banyak nya jenis alat musik yang dikenal di Nusantara serta sekitar bisa di buktikan dengan banyaknya relief yang diceritakan didinding Candi Borobudur.
Pada candi terbesar di bumi yang masuk 7 keajaiban dunia tersebut telah di lihat ada sekitar 1.460 panel relief cerita dan 1.212 panel relief dekoratif. Nah dari panel panel tersebut diantaranya terdapat adanya 226 relief alat musik, yang terpahat pada 40 panel relief, dan menampilkan lebih dari 40 jenis instrumen alat musik.
Dari sana dapat kita telaah bahwa pada masa pembangunanya di abad ke 12-13 dapat di lihat jika kebudayaan dalam bermusik telah melekat pada masyarakat saat itu. Karena tidak mungkin jika tidak ada kegiatan berseni musik akan digambarkan banyak dalam relief tersebut. Relief tersebut juga menggambarkan kebudayaan tinggi yang sudah di adopsi di tanah air. Khususnya keluarga wangsa Syailendra di dinasti Mataram Kuno.
Maka tidaklah muluk jika kita bisa menyebut jikalau Borobudur ini merupakan salah satu pusat budaya dunia, teruntuk pada hal-hal mengenai musik. Juga dikarenakan tidak ada situs-situs budaya lain di dunia pada era tersebut yang menampilkan relief alat musik sebanyak yang ada di Candi Borobudur.
Dari sekian banyak jenis alat musik yang tergambar di relief tersebut masih dapat kita jumpai sedangkan beberapa diantaranya sudah tidak dapat ditemukan lagi di masa sekarang .
Beberapa seniman yang akhirnya tergabung dalam tim Jaringan Kampung Nusantara atau lebih dikenal Japung, berupaya merekonstruksi beberapa alat musik yang tidak ditemukan lagi . Instrumen tersebut dicoba daur ulang dengan berusaha disamakan dengan yang tergambar pada relief.
Pada sebuah kesempatan dalam acara pembukaan Borobudur Cultural Feast pada tanggal 17 Desember 2016, di lapangan Lumbini yang berada di area Candi Borobudur. Alat-alat musik ini diluncurkan, diperkenankan kepada khalayak ramai. Dengan diiringi Mbak Trie Utamai sebagai vokalis dan penata tari Didik Nini Thowok membuat acara meriah.
Sampai hari ini pula team tersebut masih bekerja keras membawa kembali suara suara indah yang dihasilkan olehh instrumen musik pada relief Borobudur agar dapat kita nikmati bersama. Sebuah kerja keras yang sangat perlu di apresiasi.
Selain membangun kembali peradaban juga melengkapi sejarah mengenai hal hal yang hilang khusus nya dalam karya musik. Ini juga kesempatan besar untuk membuktikan jika musik yang ada pada saat itu adalah musik yang mewarnai dunia.
Beberapa alat musik yang ditunjukkan di relief Borobudur juga masih dapat ditemukan di beberapa belahan Asia yang lain seperti timur Tengah, India , dan Asia timur. Contoh juga sudah ditemukan tangga nada yang mirip di kebudayaan musik di daerah lain tersebut.
Karena secara etnomusikologi, sebuah alat instrumen musik dapat dikatakan serumpun apabila terdapat kemiripan dalam nama, bentuk (organologi), fungsi, teknik, ataupun tangga nada. Dan itu dapat di lihat dari beberapa lalat musik yang kini tersebar luas di Asia Pasifik dan Afrika. Ini untuk jarak yang relatif luas ya.
Jadi bangga sekali dengan apa yang telah di capai leluhur kita, sebagai keturunannya maka kitalah yang mesti melestarikannya. Ingat jasangan sekalipun kita melupakan sejarah kalau kata Bung Karno mah Jas merah.
Mungkin suatu saat jika kita diberi kesempatan untuk dapat pergi ke Borobudur kita bisa lebih memperhatikan relief nya daripada banyak foto Selfi. Selain belajar juga memotivasi kita agar selain mampu melestarikan budaya mampu pula menyumbang banyak sumbangsih lainnya. Tidak muluk harus jadi penyair, penyanyi atau pemusik tidak banyak gibah dan buang sampah pada tempatnya saja sudah menuju arah yang lebih baik kan ya?
By the way sambil baca ini tidak henti saya mengingatkan jangan lupa pertebalnindah di hati hari akhir Ramadhan, serta jika berpergian maka hendaklah patuhi protokol kesehatan. Tidak lupa pakai masker dan rajin cuci tangan atau pakai handsanitizer serta selalu jaga jarak aman ya.
Post sebelumnya saya hapus karena ada kesalahan judul sebelumnya mestinya musik malah jadi mudik .
