Mohon tunggu...
Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja biasa

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Borobudur Artefaktual yang Menjadi Pusat Musik Dunia

11 Mei 2021   22:10 Diperbarui: 11 Mei 2021   22:21 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah kesempatan dalam acara pembukaan Borobudur Cultural Feast pada tanggal 17 Desember 2016, di lapangan Lumbini yang berada di area Candi Borobudur. Alat-alat musik ini diluncurkan, diperkenankan kepada khalayak ramai. Dengan diiringi Mbak Trie Utamai sebagai vokalis dan penata tari Didik Nini Thowok membuat acara meriah.


Sampai hari ini pula team tersebut masih bekerja keras membawa kembali suara suara indah yang dihasilkan olehh instrumen musik pada relief Borobudur agar dapat kita nikmati bersama. Sebuah kerja keras yang sangat perlu di apresiasi.

Selain membangun kembali peradaban juga melengkapi sejarah mengenai hal hal yang hilang khusus nya dalam karya musik. Ini juga kesempatan besar untuk membuktikan jika musik yang ada pada saat itu adalah musik yang mewarnai dunia.

Beberapa alat musik yang ditunjukkan di relief Borobudur juga masih dapat ditemukan di beberapa belahan Asia yang lain seperti timur Tengah, India , dan Asia timur. Contoh juga sudah ditemukan tangga nada yang mirip di kebudayaan musik di daerah lain tersebut.

Karena secara etnomusikologi, sebuah alat instrumen musik dapat dikatakan serumpun apabila terdapat kemiripan dalam nama, bentuk (organologi), fungsi, teknik, ataupun tangga nada. Dan itu dapat di lihat dari beberapa lalat musik yang kini tersebar luas di Asia Pasifik dan Afrika. Ini untuk jarak yang relatif luas ya.


Jadi bangga sekali dengan apa yang telah di capai leluhur kita, sebagai keturunannya maka kitalah yang mesti melestarikannya. Ingat jasangan sekalipun kita melupakan sejarah kalau kata Bung Karno mah Jas merah.

Mungkin suatu saat jika kita diberi kesempatan untuk dapat pergi ke Borobudur kita bisa lebih memperhatikan relief nya daripada banyak foto Selfi. Selain belajar juga memotivasi kita agar selain mampu melestarikan budaya mampu pula menyumbang banyak sumbangsih lainnya. Tidak muluk harus jadi penyair, penyanyi atau pemusik tidak banyak gibah dan buang sampah pada tempatnya saja sudah menuju arah yang lebih baik kan ya?

Dokpri
Dokpri
Jika bukan kita yang mulai, jika bukan kita yang hargai dan melestarikan maka siapa lagi? 

By the way sambil baca ini tidak henti saya mengingatkan jangan lupa pertebalnindah di hati hari akhir Ramadhan, serta jika berpergian maka hendaklah patuhi protokol kesehatan. Tidak lupa pakai masker dan rajin cuci tangan atau pakai handsanitizer serta selalu jaga jarak aman ya.

Post sebelumnya saya hapus karena ada kesalahan judul sebelumnya mestinya musik malah jadi mudik .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun