Seperti mekar yang selalu merindu basah, dan isyarat tentang angin yang memangkas daun kemudian jatuh dalam becek.
Seperti lumpur dari tanah yang sebelumnya kerontang, serta wewangian aspal kering lagi panas yang tersiram genangan.
Dari biru langit tanpa nirwana, dan awan awan yang bersembunyi dari matahari yang sombong  menggosongkan bumi.
Hanya sebentar awan gelap mengarsir yang tak tersentuh cahaya panas yang masih jatuh dengan telanjang memanas-manasi halaman.
Bahkan saya lupa pernah punya rumah atau minimal jalan samping untuk sesekali bercengkrama tentang Hujan.
Sedikit mengingat air yang turun seperti pancuran dan bocah bocah telanjang yang bau matahari.Â
Alah kemarau adalah waktunya menggulung benang dan memburu layangan putus.Â
Dimanakah ada kenangan ? jika masalalu membawamu berlari tanpa menoleh.Â
Kenyataan itu berat bahkan gravitasi nya berkali kali lebih berat dari apa yang kamu injak.
Dimanakah ada perjuangan ? jika sembunyi tak pernah tertebak, yah syukur jika tak pernah ketahuan.
Sayangnya bumi itu bulat bukan hanya tahu,tapi bumi benar benar datar untuk hal hal yang medadak yang menyedot usiamu.