Mohon tunggu...
Fajar Budhi Wibowo
Fajar Budhi Wibowo Mohon Tunggu... SinergiNews - Pusat Studi Budaya dan Sejarah Sanghyang Hawu - LSM KOMPAS (Koordinat Masyarat Pejuang Aspirasi

Jurnalistik, Seni Budaya, Sejarah, Sosial

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SMKN 4 Bandung dan Almamater Kebanggan Para Alumni

12 Oktober 2025   18:42 Diperbarui: 12 Oktober 2025   18:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Bandung dikenal sebagai pusat pendidikan teknik di Jawa Barat sejak masa awal kemerdekaan. Di sana lahir sekolah-sekolah yang melahirkan generasi ahli untuk membangun infrastruktur nasional, dari jaringan listrik hingga sistem komunikasi. Salah satu yang paling ikonik adalah STM Negeri 2 Bandung, yang sekarang dikenal sebagai SMK Negeri 4 Bandung. Sekolah ini bukan hannya dikenal sebagai tempat belajar, tapi juga pabrik karakter yang menghasilkan orang-orang tangguh, mulai dari teknisi di perusahaan besar sampai pemimpin di pemerintahan.

Salah satunya adalah Fajar Budhi Wibowo, alumni angkatan 1997-2000 dari jurusan Elektronika Komunikasi. Dia yang menceritakan ulang sejarah ini berdasarkan pegetahuan dan pengalaman pribadi serta arsip lama yang ia miliki berupa sejarah panjang pendidikan teknik di Bandung. "Sekolah ini membentuk saya jadi orang yang lebih teliti dan bertanggung jawab," kata Fajar saat diwawancarai di Kantor Redaksi SinergiNews Jl. Dayang Sumbi 3A Sangkuriang Kota Cimahi. "Dari situ, saya melihat bagaimana pendidikan vokasi bisa berkontribusi dalam mendorong kemajuan bangsa."

Cerita ini bukan sebatas daftar tanggal dan nama, tapi alur nyata tentang bagaimana sekolah ini tumbuh bareng zaman. Dari ruang kelas sederhana di era 1960-an, sampai laboratorium canggih yang siap hadapi Industri 4.0. Tercatat dalam sejarah, sejak dulu lulusannya banyak terserap di PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN), PT Telkom (dulu Perumtel), PLN, dan banyak lagi.

Banyak juga yang berkiprah di jalur lainnya, tercatat, ada yang menjadi kepala daerah, perwira TNI-Polri, dosen dan pengajar, atau pengusaha. Fajar menulis ini sebagai pengingatkan pada generasi muda, bahwa sejarah sekolah seperti ini adalah fondasi untuk masa depan yang lebih baik.

Awal Mula Pendirian dan Fondasi Teknik (1950-an - 1969)

Pasca-kemerdekaan, Indonesia membutuhkan banyak tenaga ahli untuk membangun negeri ini. Bandung, dengan ITB dan institusi pendidikan lainnya, menjadi pusatnya. Pada 1951, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan keluarkan Surat Putusan No. 3835/B.II/1951 tanggal 30 Agustus, yang buka Sekolah Teknik Menengah (STM) Negeri. STM ini lahir dari Sekolah Teknik (ST) pada masa itu, awalnya STM memiliki empat jurusan utama: Teknik Mesin, Teknik Bangunan, Teknik Listrik, dan Teknik Kimia.

Empat jurusan itu jadi akar bagi lima STM-STM Negeri di Bandung: STM Negeri 1 (Mesin Industri), STM Negeri 4 (Otomotif), STM Negeri 3 (Bangunan), STM Kimia, dan STM Negeri 2 (Listrik dan Elektronika).

Kala itu, STM Negeri 2 resmi berdiri 5 Februari 1962 di Jalan Ciliwung No. 4 Bandung. Sekolah ini fokus pada Teknik Listrik dan Elektronika, karena kebutuhan industri listrik dan komunikasi yang sedang naik pada masa tersebut.

Tahun 1965, STMN 2 Bandung pindah ke Jalan Kelenteng untuk mengakomodasi siswa yang bertambah. Di sana, jurusan dibedah jadi Elektronika Arus Lemah (seperti komunikasi dan rangkaian) dan Listrik Arus Kuat (instalasi dan distribusi daya). Ini sesuaikan dengan tuntutan pasar kerja. Salah satunya semisal PLN, pada saat ini membutuhkan teknisi-teknisi handal untuk mengurusi jaringan listrik nasional, dan juga Perumtel pada jalur telekomunikasi.

Empat tahun kemudian, 1969, sekolah pindah lagi ke Jalan Kliningan No. 6 Bandung---lokasi yang dipakai sampai sekarang. Perpindahan ini, STMN 2 terus berkembang, bahkan memunculkan jurusan lebih spesifik: Listrik Instalasi (pemasangan jaringan gedung), Listrik Pemakaian (distribusi dan penggunaan daya), dan Elektronika (rangkaian, digitalil dan alat ukur).

"Kliningan jadi rumah kedua untuk saya pada saat bersekolah, terkadang saya menginap di sekolah karena ada kegiatan-kegiatan," ingat Fajar. "Di situ, kami mempelajari teori, baik Teknik maupun non teknik, dari teknik Listrik dasar, teknik elektonika dasar, teknik digital, computer gambar teknik, hingga ilmu sosial seperti sejarah dan pengelolaan usaha.  Semua dilakukan sambil belajar membangun disiplin kerja."

Fajar meneruskan ceritanya, bahwa pada era awal-awal itu, sekolah terus membangun fondasi yang kuat. Guru-gurunya banyak yang hebat dan menguasai hal-hal praktis, saat itu siswa langsung praktik di proyek-proyek kecil.

Fakta membuktikan bahwa pada masa tersebut, lulusan-lulusannya cepat terserap di perusahaan negara, seperti IPTN untuk peralatan elektronik pesawat, atau PLN untuk instalasi listrik. Ini membuktikan STM Negeri 2 bukan cuma sekolah, tapi mitra pembangunan.

 

Konsolidasi di Tengah Perubahan Zaman (1970-an - 1980-an)

Masuk 1970-an, menurut cerita dari berbagai pihak, jumlah siswa STM di Bandung meledak, hal ini mendorong pemerintah untuk mengatur ulang struktur dan regulasi. Tepatnya pada 23 Januari 1976, keluar SK berdiri sendiri untuk enam STM Negeri di Kotamadya Bandung, termasuk STM Negeri 2 yang tetap fokus listrik dan elektronika. Sekitar waktu itu, ada reorganisasi lokasi: STM Negeri 1 dan 5 pindah ke gedung lama ST, STM Negeri 4 ke Ciliwung, dan STM Negeri 2 ke Kliningan, bergabung dengan bekas ST Negeri II dibubarkan.

Kurikulum diperkuat dengan teori dan praktik yang seimbang. Jurusan Elektronika mulai menjadi salah satu yang difavoritkan, karena teknologi komunikasi sudah mulai berkembang, sementara jurusan listrik terus dimatangkan untuk menyiapkan SDM bagi proyek infrastruktur besar.

"Zaman itu yang saya dengar, bisa masuk menajdi siswa di STM Negeri 2 itu suatu prestise, kebanggaan," cerita Fajar dari cerita seniornya.

"Banyak lulusannya langsung mendapatkan pekerja di Len Industri atau Pindad, karena skill mereka langsung bisa dipakai."

Apalagi menurut cerita Fajar, dalam Sejarah perkembangan sekolah teknik di Bandung, pada tahun 1975, semua praktik teknik siswa STM Bandung mulai terpusatkan di Pusat Latihan Pendidikan Teknik (PLPT) di Jalan Cikutra Kota Bandung.

Tempat ini menjadi seperti kamp pelatihan industry, siswa sekolah teknik belajar mengoperasikan alat ukur, membuat rangkaian, menggunakan solder, dan menguji arus dengan osciloskope dan alat-alat presisi tinggi lannya. Pada 1978, PLPT ganti nama jadi Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT), dan jadi "laboratorium hidup" buat ribuan siswa. Di BLPT, siswa STM Negeri 2 dan STM-STM lain, dituntun untuk belajar bertanggung jawab nyata, satu kesalahan saja, bisa merusak alat yang harganya relative mahal pada saat itu, bisa dikatakan belajar di BLPT mirip tantangan di dunia kerja nyata.

Hubungan dengan industri ditingkatkan melalui Praktik Kerja Nyata (PKN) atau Praktek Kerja Lapangan (PKL), di mana siswa diwajibkan magang di perusahaan. Ini menjadikan lulusan STMN 2 khususnya siap pakai. Di akhir 1980 atau awal 1990-an, sekolah sudah punya tiga jurusan utama yang stabil, dan reputasinya sebagai pencetak teknisi unggulan makin kuat. Lulusan mulai naik ke posisi manajerial di BUMN, dan beberapa melanjutkan kuliah, ada yang menjadi insinyur atau guru maupun dosen.

 

Transformasi ke SMK dan Masa Transisi (1990-an - Awal 2000-an)

Pada era penghujung 1990-an, geliat perubahan turut membawa angin perubahan besar di pendidikan vokasi. Tepatnya pada Juli 1997, berdasarkan SK Mendikbud No. 036/O/1997, STM Negeri 2 resmi bergantiti nama menjadi SMK Negeri 4 Bandung. Hal ini adalah sebagai bagian dari kebijakan nasional yang menyatukan nomenklatur sekolah-sekolah kejuruan seperti SMEA dan STM, hal tersebut sebagai jawaban bagi tantangan globalisasi industri.

"Saya menjadi angkatan pertama yang merasakan masa transisi tersebut, bahkan di sekolah, untuk kelas 2 dan 3 senior kami masih berlabel STM, dan angkatan saya label di baju mulai menggunakan SMK. Perubahan nama ini tentu membawa juga kurikulum baru yang lebih fleksibel," kata Fajar, yang masuk tahun ajaran 1997/1998.

"Pada masa itu, Kami masih mengikuti jurusan lama: Listrik Instalasi, Listrik Pemakaian, dan Elektronika. Namun elektronika yang dipelajari adalah Elektronika Komunikasi, dengan tambah elemen digital seperti komputer dasar."

Fajar yang lukusan tahun 2000, bercerita juga, bahwa saat sekolah di STMN 2/SMKN 4 Bandung, saat ia kelas 1 dan kelas 2, praktek masih full di gabung di BLPT, namun saat kelas 3 sudah mulai praktek komputer dan teknik digital di sekolah induk.

"Pada saat itu khususnya waktu kelas 1 dan 2, di sekolah induk (Kliningan) kami belajar teori, di BLPT (Cikutra) kami praktek, pakai jas lab, tangan kotor, belajar memperbaiki tv, mengikir, membuat PCB dan membuat proyek-proyek kecil yang nyata. Guru-guru kami kebanyakan praktisi, mereka mengajari kami berpikir sistematis."

Masa transisi ini baik secara langsung maupun tidak langsung membentuk ulang infrastruktur pendidikan di sekolah, dari fokus konvensional ke adaptif. Diketahui, SMKN 4 Bandung masuk pada sekolah kejuruan kelompok Teknologi dan Industri, dan mulai tahun 1999 sudah mulai membangun laboratorium praktik sendiri di Kliningan.

Menurut Fajar berdasarkan kesaksiannya, pada awal 2000-an, sekolah dan BLTP mulai berkonsolidasi. Pada sekitar tahun 2001-2003, praktik pindah sudah ada jurusan yang sepenuhnya ke fasilitas internal, dengan mengurangi ketergantungan pada BLPT.

Ekspansi Program dan Adaptasi Teknologi (2003 - 2025)

Seiring berjalannya waktu, pasca tahun 2000, Fajar menceritakan bahwa SMKN 4 Bandung telihat responsif terhadap perubahan industry dan tuntutan jaman. Sekitar tahun 2003, sekolah ini membuka empat program keahlian: Teknik Elektronika Komunikasi, Teknik Listrik Pemakaian, Teknik Instalasi Listrik, serta Teknik Informatika dan Komunikasi. Hal Ini untuk menjawab ledakan telekomunikasi dan IT yang pada era milenial ini benar-benar terjadi.

Tahun 2004, SMKN 4 Bandung membuka program keahlian Teknik Audio Video (multimedia), Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Lalu pada 2009, dari 4 jurusan naik jadi enam: Teknik Elektronika Audio Video, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, Teknik Otomasi Industri, Teknik Komputer Jaringan, RPL, dan Multimedia.

"Sekolah yang saya banggakan ini mulai mengkolaborasikan antara inovasi teknik dengan dunia kreatif," jelas Fajar. "Sekarang, siswa di SMKN 4 Bandung belajar dari solder hingga ke coding, ini bagus untuk menyiapkan lulusannya menghadapi era digital."

Masuk di era 2010-2020 an, kolaborasi SMKN 4 bandung dengan dunia industri terus menguat, tercatat SMKN 4 Bandung mengikut program Sekolah Pusat Keunggulan (PK). Program keahlian mengalami restrukturisasi, sehingga penguatan dan memunculkan program-program keahlian unggulan seperti Teknik Kelistrikan (dengan konsentrasi Teknik Instalasi Tenaga Listrik/TITL dan Teknik Otomasi Industri/TOI), Elektronika (Teknik Audio Video/TAV), Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (Teknik Komputer dan Jaringan/TKJ), Pemrograman Perangkat Lunak dan Gim (RPL), dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Ini pakai dua kurikulum: K13 untuk kelas XII (dengan jurusan Listrik, Elektronika, TI), dan Kurikulum Merdeka untuk kelas X-XI.

Sampai pada tahun 2025 ini, berbagai literatur menyebutkan bahwa kini SMKN 4 memiliki Teaching Factory, siswa didorong untuk dapat berproduksi secara nyata, seperti pembuatan sistem IoT atau panel surya.

 

Jejak Alumni, Warisan Nilai, dan Visi ke Depan

Keberhasilan SMKN 4, dapat diukur dari rekam jejak para alumninya. Sejak 1960-an, tentu telah ribuan lulusan mengisi posisi kunci di berbagai bidang. Warisan utama yang didapat dari bersekolah di SMKN 4 Bandung salah satunya adalah nilai disiplin yang diperoleh dari saat praktik, di mana kesalahan kecil mengajarkan arti akan tanggung jawab.

Filosofi tekniknya sederhana, berpikir sistematis, mencari akar masalah, dan bekerja dengan hati. Hal tersebut akan membentuk karakter yang tahan banting, apalagi saat ini masa sedang beranjak dari era otomatisasi ke AI.

Menutup ceritanya, Fajar berkata bahwa beberapa hari lalu di suatu Sore di Kliningan, ia berdiri di gerbang sekolah, melihat siswa keluar dengan tas penuh alat praktik.

"Dari 1962, sekolah ini sudah nyalain ribuan karir," katanya.

"Sekarang, dengan program PK dan kurikulum baru, yang tidak pernah saya alami saat bersekolah di SMKN 4 Bandung dulu, generasi muda akan saya minta untuk menyambung cerita ini."

Sejarah SMKN 4 Bandung ini bukanlah akhir, tapi awal yang baru, bukti bahwa pendidikan vokasi bisa mengubah nasib bangsa, mari kita buat satu rangkaian pada satu waktu.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun