Malam ini masih sama seperti malam yang telah lalu, aku belajar merelakanmu berlalu
Namun tetap saja seperti sebelumnya, aku terlalu rapuh untuk melepaskanmu pergi menjauh
Namun tak mengapa, aku tidak berhak untuk membuatmu menetap dan menemaniku menyusuri lorong sunyi
Aku akan pergi sendiri ke bukit untuk menikmati pahit, aku akan pergi ke gua untuk menikmati luka, berdamai dengan diri sendiri
Malamku tak bisa tertidur nyenyak, dengan nafas yang terkadang sesak, sesekali berteriak sedikit serak
Malamku yang pahit terkadang dihiasi mimpi manis, sesekali menangis setelah terbangun dari tidur yang tak teratur
Lalu menyambut pagi dan menyadari engkau telah pergi, aku pun tak bisa mengejarmu pergi, aku disini masih belajar berdiri dan berjalan Â
Apalagi untuk berlari mencarimu kembali, aku disini masih mencari sebagian diriku yang hilang dalam remuk, masih mengobati sebagian diriku yang hancur dalam khusyuk
Setiap pagi aku menantikan terbitnya mentari, seperti menanti hadirnya terangmu di ruang rinduku yang begitu gelap
Setiap senja aku merelakan terbenamnya mentari, seperti merelakan kepergianmu yang entah kapan akan kembali
Lalu kembali memeluk malam dengan mata terpejam, sesekali pipiku basah karena gerimis di mataku