"Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?" (An-Najm, 59)
Secara paradoks luasan ruang angkasa berkembang bahkan mungkin tampak lebih cepat ketika pengukuran dibuat dengan waktu lokal kita yang melambat, dan anomali ini ditemukan oleh dua kelompok astronom pada tahun 1998.
Sifat waktu adalah sedemikian rupa sehingga melambatnya waktu tidak dapat dirasakan secara lokal.
Ini tentu saja berarti bahwa dimulainya Hari Kiamat tidak dapat diprediksi dan bisa datang kapan saja.
Hanya Allah, yang berada di luar waktu kita, yang tahu tentang waktu yang sebenarnya dari Hari Penghakiman (Kiamat).
PERSEPSI WAKTU SETELAH KEMATIAN
Dalam Al Qur'an, jiwa digambarkan dengan kesadaran dan kematian digambarkan dengan tidur.
Begitu kematian menghampiri kita, tidak ada persepsi tentang berlalunya waktu dan hal berikutnya yang kita lihat adalah Hari Kiamat.
"Dan pada hari (ketika) terjadinya Kiamat, orang-orang yang berdosa bersumpah, bahwa mereka berdiam (dalam kubur) hanya sesaat (saja). Begitulah dahulu mereka dipalingkan (dari kebenaran)." (Ar-Rum, 55)
"Dan orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata (kepada orang-orang kafir), "Sungguh, kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, tetapi (dahulu) kamu tidak meyakini(nya)." (Ar-Rum, 56)
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan. Sungguh rugi orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk." (Yunus, 45)